Senin, 20 Mei 2013

Antara Cinta dan Dosa



Sore itu selepas pulang kantor, Dony nampaknya seperti linglung. Rupanya ia sedang kesal atas sikap rekan sekerjanya cerita dewasa terbaru tadi ketika meeting dengan dewan direksi membahas program yang ia ajukan.

Pada saat tanya jawab, salah seorang manager dari bagian keuangan yang bernama Ratna mengajukan berbagai pertanyaan yang menyudutkan dan cenderung menjegal semua ide-idenya. Dony menganggap semua itu sama sekali tidak relevan dengan apa yang ia presentasikan. Ia heran kenapa wanita itu selalu saja beroposisi dengannya dan selalu mempersulit setiap urusan yang ada kaitannya dengan unit kerja wanita itu.

Dony sendiri tak tahu kenapa sebabnya ia bersikap seperti itu padanya. Ia mengira-ngira apakah ini karena ia tak pernah begitu memperhatikannya padahal lelaki-lelaki lain di kantorku berlomba-lomba untuk menarik perhatian wanita yang selalu berpenampilan trendy dan menjurus seksi ini. Dony pun tak memungkiri bahwa Ratna merupakan wanita yang menarik, cantik dan pintar. Awalnya Dony tertarik juga kepadanya namun setelah melihat orangnya agak sombong dan meremehkan lelaki-lelaki yang mencoba mendekatinya, ia jadi kurang respek hingga akhirnya lebih banyak menghindar darinya.

Pikiran Dony masih tak karuan, matanya menatap kosong ke arah jalanan dari balik kaca mobilnya. Ia bingung sendiri. Mobilnya meluncur dengan kecepatan sedang tanpa arah. Jalanan yang biasa ia lalui menuju rumah telah kelewatan sejak tadi. Pulang ke rumah juga mau ngapain, pikir Dony. Anak dan istri lagi pulang kampung selama liburan sekolah ini. Katanya ingin berlibur di rumah kakek dan neneknya.

Tiba-tiba Dony membelokkan mobinya ke arah suatu tempat yang nampaknya seperti sebuah hotel. Nampak di pelataran parkir berjejer mobil-mobil mewah. Dony segera memarkirkan mobilnya di sana lalu turun dan berjalan ke sebuah bar yang terletak di samping lobby hotel itu. Ia langsung masuk.

Terdengar suara hingar bingar musik yang memekakan telinga begitu pintu terbuka. Dony berjalan tanpa melirik ke kiri kanan dan langsung duduk di sebuah kursi bar.

"Gin tonic in the rock," pintanya tanpa pikir panjang kepada bartender.

Ia sendiri sebenarnya kaget juga mendengar ucapan dari mulutnya, padahal sudah bertahun-tahun sejak sebelum menikah ia tak pernah lagi menyentuh minuman beralkohol. Tetapi kenapa tiba-tiba ia memesan minuman seperti itu?

"Malam Boss," sapa bartender itu dengan ramah sambil menyodorkan minuman pesanannya.
"Malam," balas Dony seraya meraih gelas dan langsung menenggaknya sampai habis lalu menyodorkan lagi kepada bartender untuk minta tambah.

Bartender itu tersenyum melihat tingkah Dony. Rupanya ia sudah terbiasa melihat tingkah orang-orang seperti Dony ini di barnya.

"Suntuk kayaknya malem ini ya Boss," katanya cerita dewasa mencoba untuk mengajak ngobrol, sesuai dengan tugasnya sebagai bartender yang umumnya merupakan tempat untuk curhat bagi tamu-tamu bar.

"Yaaaahhhh.., gua lagi empet nich. Dari pada pusing lebih baik happy-happy aja dech," jawab Dony kembali meneguk gelas kedua. Kali ini minuman itu masih bersisa sedikit. Mukanya nampak mulai memerah, minuman beralkohol itu begitu cepat mempengaruhi kesadarannya.

Dony kembali ngobrol dengan bartender itu. Meskipun ucapan-ucapannya sudah ngaco, tetapi bartender itu masih tetap meladeninya dengan baik dan menambah kembali minuman di gelas Dony. Tanpa terasa telah 4 gelas diteguknya.

Obrolan mereka nampaknya semakin menghangat, terdengar gelak tawa mereka berkali-kali sehingga menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya. Begitu melihat keadaan Dony, orang-orang itu tersenyum-senyum maklum. Tetapi ada seorang wanita cantik yang duduk di pojok kafe itu sejak tadi memperhatikan tingkah laku Dony. Ia lalu bangkit dari duduknya dan datang menghampiri.

"Hai, kayaknya asyik banget ngobrolnya. Boleh dong bergabung," sapanya kepada Dony sambil menepuk-nepuk pundaknya dan duduk persis disampingnya.
Dony menengok kaget karena tepukan halus di pundaknya itu. Begitu matanya memandang wajah wanita itu, ia bertambah kaget. Sama sekali tak menyangka akan bertemu di tempat seperti ini..

"Oh! Hai," balas Dony tidak bersemangat begitu mengetahui wanita yang datang itu adalah Ratna. Wanita yang menjadi penghalang programnya di kantor tadi siang.

Melihat sikap Dony yang tidak bersahabat seperti itu, si bartender malah keheranan. Padahal mereka tadi sedang membicarakan apa yang akan dilakukan seandainya ada cewek cantik yang mau bergabung dengan mereka. Kini justru setelah ada cewek cantik dan seksi seperti itu malah dicuekin. Ia geleng-geleng kepala oleh sikap Dony yang menurutnya aneh.

"Rupanya suka juga nongkrong di sini, ya?" Tanya Ratna memulai pembicaraan.
"Ya begitulah...," jawab Dony datar sambil meminta tambah minumannya lagi.
"Jangan banyak-banyak, kamu sudah mabok lho," katanya kemudian memperingatkan.
"Emang nape?" tanya Dony sembari mendelik.

Ratna hanya tersenyum saja mendengar gaya omongan Dony yang lain dari pada biasanya. Maklum lagi mabok, demikian kata Ratna dalam hati.
"Jangan frustrasi gitu dong," ucap Ratna dengan lembut seraya mengelus pundak Dony.

Meski terdengar lembut ucapan itu, tapi di kuping Dony bagaikan suara geledek. Ia mulai mengungkit masalah yang sebenarnya ingin ia lupakan saat itu. Dipandangnya wajah Ratna dengan mata sedikit melotot.
"Hei, denger! Gua nich lagi happy-happy. Siapa bilang frustrasi? Nggak ada dech dalam kamus gua," jawab Dony sengit.

Giliran Ratna yang kini sengit begitu mendengar jawaban angkuh seperti itu. Ia jadi terpancing untuk memperpanjang persoalan mereka di kantor. Mereka akhirnya berdebat sengit, kalau saja si bartender tidak menengahinya tentunya mereka akan bertengkar hebat.
"Udah lah Boss," kata si bartender. "Nggak usah bertengkar, kita di sini khan buat senang-senang. Ngapain mesti ribut-ribut gitu, benar khan Non?" katanya kemudian kepada Ratna.

Dony diam tak menjawab. Dia hanya menunduk untuk kemudian meneguk kembali minumannya hingga habis. Ratna menghela nafas panjang untuk menenangkan dirinya yang sudah terpancing emosinya. Ia lalu memberi isyarat kepada si bartender untuk mengisi gelasnya dengan minuman yang sama. Ia pun menenggak minuman itu sekaligus seolah ingin mendinginkan hatinya yang panas. Sebenarnya ia tidak pernah minum minuman beralkohol seperti itu. Begitu minuman itu melewati tenggorokannya, ia rasakan tubuhnya menjadi panas. Ia kegerahan. Lalu ia melepaskan blazernya.

Si bartender melirik kagum menyaksikan tubuh indah yang hanya berbalut tank-top tipis yang menempel ketat itu. Bola matanya sedikit mendelik melihat kain tipis yang sudah basah oleh keringat mencetak jelas bentuk payudaranya yang membusung indah itu. Meski penerangan di bar itu amat temaram, pandangannya masih sempat melihat tonjolan kecil mencuat nakal dari balik tank-top itu. No bra, man! Jerit si bartender dalam hati dengan senang.

"Apa loe liat-liat!" gertak Ratna saat memergoki mata nakal si bartender itu menggerayang ke arah dadanya.
"Sorry Non," katanya seraya mengalihkan pandangan dan bergeser ke dekat Dony lalu berbisik-bisik.

Mereka kemudian tertawa ngakak sambil sekali-sekali melirik ke arah Ratna. Melihat dirinya menjadi bahan tertawaan dan meski ia tidak mendengar apa yang mereka bisikkan, tetapi Ratna tahu persis apa yang sedang mereka tertawakan. Dengan kesal ia layangkan tinju ke arah pundak Dony.

"Eiiittt!" Dony buru-buru menangkap kepalan tangannya yang hendak mendarat di pundaknya. "Kok gua yang jadi sasaran?"
"Loe memang kurang ajar!" jerit Ratna dengan suara ditahan karena takut akan menjadi tontonan orang lain.
"Mestinya dia tuh..," kata Dony menengok ke arah si bartender. "Eh kemana dia? Akh sialan!" lanjutnya ketika melihat si bartender itu sudah berada jauh di ujung bar sedang melayani tamu lain. Ia melirik sebentar sambil tersenyum-senyum.

"Kamu nich kenapa? Morang-maring nggak karuan," lanjutnya. "Kita happy aja?"
"Bodo!" jawab Ratna ketus seraya menarik tangannya dari pegangan Dony.

Dony malah mempererat pegangannya. Ratna menarik-narik. Mereka akhirnya jadi tarik-tarikan. Tanpa sepengetahuan Ratna, mata Dony menangkap sesuatu yang begitu mengasyikan saat wanita itu berkutat melepaskan tangannya. Tubuhnya jadi berguncang-guncang sehingga membuat payudaranya yang nampak tidak memakai bra itu jadi ikut-ikutan berguncang. Berayun-ayun kesana kemari dengan indahnya. Dony menghela nafas untuk menenangkan goncangan di dadanya akibat pemandangan ini. Sementara matanya tak bisa dialihkan pandangannya dari sana. Pikirannya jadi menerawang dan berandai-andai seperti apa gerangan apabila bagian tersebut tak terhalang oleh kain tipis lagi. Bayangannya semakin jauh melayang.

"Idih matanya sama kurang ajarnya!" kata Ratna sambil menjewer telinga Dony.
"Aduh, aduh...iya, ya...., ya," kata Dony kesakitan dan melepaskan pegangan tangannya.

Ratna segera menyilangkan kedua tangannya di atas dadanya. Dony mengalihkan pandangan matanya ke wajah Ratna. Nampak wajah itu memerah. Malu kali. Salah sendiri kenapa pake pakaian seperti itu, kata Dony dalam hati kesenangan. Namun ketika memandang wajah itu, Dony agak kesengsem juga. Dalam keadaan seperti itu kecantikannya semakin mempesona saja dimata Dony.
"Cantik sekali," ucap Dony perlahan sekali. ucapan itu keluar begitu saja tanpa disadari.

Meski suara itu amat perlahan dan tertimpali oleh suara musik di ruangan, namun Ratna sempat mendengarnya juga. Hatinya senang juga mendengar pujian yang terucap tanpa sengaja itu. Berarti tidak dibuat-buat. Entah kenapa jantungnya sempat berguncang juga. Kok jadi gini sich, cetus Ratna dalam hati malu dengan perasaannya sendiri.

"Berani amat ngomong gitu ama gua?" kata Ratna. Meski ucapannya masih kasar namun nadanya terdengar jauh lebih lembut dari sebelumnya.
"Memang kamu cantik kok," kata Dony menimpali semakin berani.

 
Dipandangnya mata Dony dengan penuh selidik. Kenapa ia jadi berbalik seperti itu? Apa dia masih juga ingin mempermainkan aku lagi? Demikian kata Ratna dalam hati bertanya-tanya. Ia khawatir pria yang ia akui memang menarik namun sombong ini masih mau membalas perbuatannya ketika meeting tadi siang.

Dulu, ketika pertama kali mereka berkenalan, Ratna sempat tertarik olehnya. Saat itu ia melihat Dony begitu simpatik, ramah dan ganteng. Ekh, kenapa gua jadi berpikir yang enggak-enggak sich? Tiba-tiba egonya muncul lagi. Gengsi dong!

"Ngomong apa sich? Ngaco kamu," jawabnya ketus kembali meski dengan hati deg-degan. Diam-diam matanya melirik ke arah wajah Dony.
Baru sekarang ini ia bisa memperhatikannya dari jarak dekat. Tampan juga, demikian kata hatinya. Ia jadi salah tingkah sendiri.

"Ratna, kenapa kita harus selalu bertengkar. Kita ini khan kolega yang harus bisa saling kerja sama, ya khan?" ucap Dony memulai untuk berbaikan dengannya. "Lagi pula kita bisa bersahabat, dari pada harus bermusuhan seperti ini. Bosen rasanya."

Baru kali ini ia mendengar Dony mengucapkan namanya dengan langsung. Selama ini ia selalu menyebutnya dengan panggilan Ibu atau sama sekali tidak. Ratna memiringkan tubuhnya dari tempat duduknya sehingga menghadap ke arah Dony. Kali ini ia sudah tidak malu-malu lagi untuk menatapnya. Mendengar perkataan itu, nampak wajah Ratna sudah tidak seketus seperti apa yang selalu ia perlihatkan kalau berhadapan dengannya. Malah tersungging sebuah senyuman di bibirnya. Ia tak menyadari perubahan itu namun ia melihat Dony seakan terpesona saat memandang dirinya. Duh kenapa lagi nich, ucap Ratna dalam hati begitu mendadak merasakan darahnya berdesir oleh situasi ini.

"Aku juga bosen, Don," jawabnya hampir tak terdengar. Tatapan mata Ratna semakin lembut. Namun ia segera memalingkan mukanya. Hatinya tiba-tiba khawatir, ya ampun jangan sampai!
"Oke dech. Kita baikan mulai dari sekarang," kata Dony seraya menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Ratna tak segera menyambutnya. Ia memandang sejenak ke arah uluran tangan Dony. Kemudian ia melirik ke wajahnya. Baru kali ini Ratna melihat wajah itu tersenyum. Manis sekali, akunya jauh dalam hatinya. Tatapan matanya begitu menyejukan, ooh andaikan saja...!

"Masih ngambek?" Tanya Dony khawatir begitu melihatnya tak bereaksi atas uluran tangannya.
Ratna segera tersadar dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah karena malu, jangan-jangan Dony bisa menebak apa yang tengah ia pikirkan. Ia segera menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya dengan erat sambil tersenyum lepas.

Melihat itu Dony pun tersenyum senang. Tanpa ia sadari ia cium pipi Ratna dengan lembut. Gerakan ini sama sekali diluar dugaan Ratna, ia terperangah tanpa bisa berbuat apa-apa saat dicium seperti itu dan baru sadar setelah semuanya berlalu.

"Berani-beraninya, Don?" ucapnya tapi dengan nada yang lembut. Tak terlihat kemarahannya atas perbuatan Dony yang begitu spontan.
"Sorry, Na. Gua nggak bisa nahan diri," jawab Dony agak menyesal. Khawatir ‘perdamaian’ yang sudah dicapai kembali hancur gara-gara perbuatan konyolnya.
"Ya udah," balas Ratna tanpa komentar.

Dony benar-benar menyesal dengan ulahnya barusan. Ia mengira Ratna kembali marah dan akan membencinya. Melihat sikap Dony yang langsung terdiam membuat Ratna tak enak hati juga.
"Eh yo kita minum lagi," tiba-tiba Ratna memecah kesunyian di antara mereka seraya memanggil bartender untuk mengisi kembali gelas mereka.
"Ya, ayo kita rayakan hari ini dengan minum!" teriak Dony gembira melihat perubahan ini.

Suasana sekarang jauh berbeda dengan sebelumnya. Mereka ngobrol sambil tertawa-tawa gembira seakan ingin melepaskan semua ganjelan yang ada di hati masing-masing. Tak jarang mereka saling rangkul dan saling cubit disela-sela obrolannya. Tinggalah si bartender yang terheran-heran melihat tingkah mereka yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat keakraban mereka. Sinting kali, demikian runtuknya dalam hati.

Tanpa terasa malam semakin larut namun suasana justru semakin meriah, apalagi kini sudah muncul home band tampil membawakan lagu-lagu yang mengundang para tamu untuk bergoyang. Tak ketinggalan Dony dan Ratna, mereka mulai terbawa suasana hingar bingar. Dony segera menarik tangan Ratna untuk bergoyang. Mulanya Ratna ragu tapi ia lalu mengikuti ajakannya. Mereka turut bergabung dengan pasangan-pasangan lain di depan panggung. Hiruk pikuk suara musik dan tawa pengunjung justru membuat suasana semakin panas saja. Tubuh mereka sudah basah bermandikan keringat. Bahkan Dony tanpa malu-malu membuka seluruh kancing bajunya hingga terlihat dadanya yang bidang itu ditumbuhi bulu-bulu. Ratna agak tersipu juga menyaksikan kegilaan Dony ini. Sambil bergoyang, sekali-sekali Ratna melirik ke arah Dony yang sudah bertelanjang dada itu. Terlihat begitu macho, demikian puji Ratna dalam hati sambil membayangkan bagaimana kalau ia menyandarkan kepalanya di sana. Akh.., akh..., lagi-lagi aku berpikir yang enggak-enggak!

Meski Dony dalam keadaan setengah teler dan dalam suasana yang hiruk pikuk itu, ia masih bisa melihat apa yang sedang diperhatikan koleganya yang cantik dan seksi ini. Apalagi ketika ia melirik bagian dadanya. Ia melihat benda kembar yang membusung penuh itu turut berguncang seiring hentakan musik. Bahkan tank-top berbahan kain tipis dan sudah basah oleh keringat itu mencetak jelas bentuk payudaranya yang indah. Meski cahaya di sana sangat terbatas, mata Dony sempat menikmati putingnya yang mencuat begitu menggairahkan.

Mereka mungkin saja menyadari bahwa mereka sedang berusaha untuk saling menarik perhatian melalui gerakan dan isyarat-isyarat seksual. Hanya saja ada kendala yang membuat mereka berpikir panjang untuk mewujudkannya.

Apa mereka dapat menghindarkan semua itu? Enggak tahu dech! Begitu kira-kira pikiran mereka. Sudah beberapa lagu mereka ikuti dan nampaknya Ratna sudah agak kepayahan lalu mengajak Dony untuk istirahat.. sambil berpelukan mereka berdua kembali ke tempat duduk. Entah karena pengaruh alkohol atau lainnya, mereka sudah tidak merasa risih bertingkah bak sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.

Tak lama setelah mereka mengendurkan sensasi-sensasi selama bergoyang tadi, Dony lalu menarik wajah Ratna dan membisikan sesuatu ke telinganya. Ratna tertawa dan dengan genit mencubit pinggang Dony hingga mengaduh kesakitan. Entah apa yang dibisikan Dony padanya hanya kemudian Ratna terlihat mengangguk malu-malu untuk kemudian berdiri diikuti oleh Dony yang mengajaknya pergi dari tempat itu.

Di tempat parkir mereka segera masuk ke mobilnya masing-masing. Dony segera menjalankan mobilnya diikuti oleh mobil Ratna dari belakang. Mobil mereka beriringan menyusuri jalan-jalan mulus yang nampak lengang berbeda apabila di siang hari. Tak sampai setengah jam mobil mereka sudah berada di pelataran parkir yang menghadap ke laut. Mobil mereka parkir berdampingan. Ada beberapa mobil di sekitar mereka, namun jaraknya agak berjauhan. Nampaknya tempat ini memang merupakan tempat orang berpacaran.

Tak lama kemudian, Dony turun dari mobilnya. Cuaca malam itu terasa dingin karena hujan mulai rintik-rintik berjatuhan. Ia segera membuka pintu mobil Ratna dan langsung masuk.

"Ufh dingin juga," kata Dony sambil mengibas-ngibas bajunya yang sedikit basah oleh air hujan.
"Hei Don! Ngapain loe ngajak gua kemari?" belum sempat Dony menutup pintu kembali, Ratna sudah memberondongnya dengan pertanyaan seperti itu.
"Gua sich maksudnya supaya bisa ngobrol dengan tenang, jauh dari kebisingan. Sambil menikmati pemandangan indah ke sana," jawab Dony sembari menunjuk ke arah laut lepas yang nampak terang meski gerimis.

Pandangan Ratna mengikuti arah telunjuk Dony. Ia menghela nafas panjang menyaksikan keindahan pemandangan itu. Tanpa terasa ia membayangkan bila keindahan seperti ini benar-benar bisa ia nikmati dengan orang yang dicintainya. Tentunya sungguh membahagiakan. Mendadak roman wajahnya berubah, nampak sekali kesedihan di raut wajah manisnya.
"Lho kok jadi sedih? Apa gua salah ngomong?" tanya Dony ketar-ketir.
"Enggak Don. Gua cuman..," Ratna tak meneruskan kata-katanya. "Akh sudahlah. Don?" panggilnya sambil menoleh ke arah Dony dengan pandangan sayu, "Kamu sadar khan kalau kita ini masing-masing sudah berkeluarga," lanjutnya.

Pertanyaan Ratna terdengar oleh Dony bagaikan petir yang menyadarkannya dari suasana ini. Dony langsung terdiam dan pikirannya langsung teringat akan anak dan istrinya yang tengah berlibur di rumah neneknya.

"Loe bener, Na," jawab Dony perlahan sekali.

"Loe inget mereka ya? Certain dong tentang mereka," pinta Ratna.
"Ya gua inget mereka," jawab Dony kemudian menceritakan tentang keluarganya.
"Loe beruntung Don," komentar Ratna.
"Ya gua beruntung. Nah bagian loe sekarang certain,’ tanya Dony kemudian.

Sebelum menjawab, Ratna kembali menghela nafas berat. Dengan pandangan kosong ke arah laut, ia mulai bercerita bahwa dulu ia dinikahkan oleh orang tuanya tanpa didasari rasa cinta sama sekali. Dony terperangah saat ia menyebutkan bahwa lelaki yang dinikahinya adalah pemilik saham mayoritas perusahaan tempatnya bekerja. Ratna memang sengaja meminta kepada suaminya agar orang di kantor tidak tahu siapa dia sebenarnya supaya tidak membuat semua orang rikuh dan agar ia bisa lebih professional dalam bekerja.

"Don aku minta supaya kamu tetap bersikap seperti kamu belum tahu siapa aku sebenarnya," pinta Ratna wanti-wanti. Ia tak ingin sikap Dony yang sudah amat ia sukai berubah karenanya.
Dony menganguk tak pasti karena jauh dalam hatinya ia sedikit ngeri oleh si pemilik saham yang konon sangat berkuasa dalam menentukan apa pun di perusahaan tempatnya bekerja. Bagaimana kalau ia tahu bahwa dirinya kini tengah berduaan dengan istrinya dalam mobil malam-malam begini.
"Kau tak perlu takut ketahuan oleh suamiku. Ia sedang di Amerika sampai bulan depan," kata Ratna kemudian seolah tahu persis apa yang menjadi pikiran Dony saat itu. "Aku sudah lama ingin meceritakan semua ini kepada orang yang bisa kupercaya."

Dony agak tersanjung juga oleh ucapan itu. Akhirnya ia mendengarkan semua keluh kesah Ratna sampai ke hal-hal yang paling pribadi sekalipun. Rupanya Ratna memang sudah merasa percaya pada Dony hingga ia tak sungkan lagi menceritakan bagaimana tertekannya hidup dirinya. Ia ternyata merupakan istri kedua. Awalnya memang kehidupan mereka normal saja, namun seiring dengan berjalannya waktu sehingga umur sang suami pun semakin bertambah tua. Perbedaan umur mereka cukup mencolok bahkan bisa dibilang ia lebih pantas menjadi anak atau bahkan cucunya.

Meski tidak secara gamblang diceritakan, Dony sudah bisa menebak bahwa sang suami sudah tak mampu memberikan nafkah bathin padanya. Terlebih lagi, katanya, sang suami kini lebih sering berada di keluarga istri pertama. Ratna seringkali ditinggal sendiri di rumah mewahnya, tanpa anak dan hanya ditemani oleh pembantunya. Ia, katanya kemudian, ingin agar suaminya melepaskan saja dirinya.

Ratna tak mampu meneruskan ceritanya lagi. Ia menangis tersedu-sedu. Mendengar tangisnya yang begitu menyayat, Dony dapat merasakan kepedihannya, bathinnya yang amat tertekan selama ini nampaknya baru bisa ditumpahkan sekarang ini. Dony tak tahu mesti berbuat apa melihatnya seperti itu yang semakin lama semakin memilukan saja tangisannya.

Secara naluri ia lalu menarik pundak Ratna dan merengkuhnya dalam pelukan. Tangis Ratna semakin menjadi-jadi ketika Dony menyuruhnya untuk menumpahkan segala kepedihan melalui tangisan untuk melegakan perasaannya. Tanpa terasa tangan Dony ikut mengelus-elus rambutnya dengan lembut dan penuh perasaan.

Sikap Dony yang begitu penuh perhatian membuat Ratna terhanyut perasaannya. Ia lalu mendongakkan wajahnya dan memandang wajah Dony dengan tatapan sayu. Dony balas menatapnya. Lalu ia mengusap air mata yang bercucuran di pipinya. Ratna melenguh tak jelas sambil menyentuh bibir Dony dengan jemarinya yang halus.
"Don..," lenguhnya perlahan hampir tak terdengar.

Tatapan mata mereka saling bertemu sejenak. Tak ada ucapan yang keluar dari bibir mereka. Semuanya mereka tumpahkan melalui tatapan itu. Lalu entah siapa yang memulai, tahu-tahu kedua wajah mereka saling mendekat dan selanjutnya bibir mereka saling bersentuhan. Ratna melenguh panjang. Perasaannya seakan melayang jauh entah kemana meninggalkan dunia nyata yang dihadapinya. Awalnya mereka hanya saling menyentuhkan bibir saja. Namun ketika Ratna mulai menciumnya dengan penuh perasaan, Dony tak mampu mengendalikan diri lagi. Ia balas dengan kehangatan yang sama bahkan menjurus panas. Ratna tak mau kalah dan balik membalasnya. Akhirnya mereka lupa diri akan siapa diri mereka sebenarnya dan nampaknya kalaupun terbersit sejenak kesadarannya, apakah mereka mampu menghentikannya begitu saja?

Suasana di luar pun sudah berubah. Hujan yang tadi hanya rintik-rintik saja kini sudah mulai membesar sehingga membuat kabut di seluruh kaca mobil dimana kedua insan ini berada. Suasana yang sangat mendukung ini membuat mereka bertambah panas. Mereka tidak hanya berciuman saja. Mereka sudah saling meraba, mengelus dan berbuat apa saja yang mengakibatkan gairah mereka semakin membara.

Ratna yang kesehariannya selalu berwibawa, anggun dan lembut tutur sapanya, kini berubah seperti singa betina liar yang kehausan di tengah padang pasir kering.
"Ooohhh... ookkkhhhh, Don...," desahnya semakin menggairahkan. Dipeluknya tubuh Dony dengan erat seolah khawatir lepas darinya.

Dony tak menyahut. Ia balas memeluk dan tangannya mulai mencari-cari ke sekujur tubuh wanita cantik ini. Tangannya lalu menelusup lewat bagian bawah tank-topnya, merayap ke atas perut lalu merambah ke payudaranya yang tak memakai bra. Jemarinya menjelajah ke seluruh permukaan halus kulit buah dadanya yang terasa semakin membusung saja sesaat setelah terkena sentuhannya.

 
Ratna mendesah, kepalanya melengak ke belakang sehingga dadanya membusung ke arah wajah Dony. Disodorkan seperti itu, Dony tak tinggal diam. Disingkapnya tank-top itu sehingga dadanya terbuka lebar. Dony mendecak kagum menyaksikan kedua bukit kembar itu membusung penuh, kedua putingnya nampak sudah mengeras dan mencuat ke atas. Pemandangan ini sungguh sangat menggairahkan sekali dan amat mengundang. Setelah puas memandangi keindahannya, Dony segera membungkuk agar bibirnya dapat menciumi buah dada itu. Desahan Ratna semakin menjadi-jadi, kepalanya semakin melengak ke belakang seakan memberikan keleluasan pada Dony untuk menikmati semua miliknya itu.

"Auuuhhhh...., teruuuussss, yaaa iseeeeppphhfff..." ucapan Ratna semakin tak karuan merasakan kenikmatan ini, apalagi saat Dony menghisap putingnya sementara tangan kanannya meremas-remas dengan lembut buah dada yang satunya lagi.

Dalam keadaan seperti ini mana mungkin Dony menghentikan perbuatannya meski dalam keadaan sadar sekalipun. Apalagi alkohol dari minuman di bar tadi masih mempengaruhi dirinya. Ia pun lepas kendali, tanpa memikirkan siapa dirinya, siapa wanita yang tengah dicumbunya dan siapa pula suami wanita itu, Dony terus menggerayang ke bagian-bagian paling sensitif milik wanita ini.

Akibatnya sungguh luar biasa, Ratna semakin liar saja. Tubuhnya meliuk-liuk seolah ingin agar tak pernah luput dari setiap sentuhan Dony. Suasana di dalam mobil yang serba terbatas itu semakin panas kala tangan kiri Dony mulai menelusup di balik roknya dan merayap perlahan di atas pahanya. Nafas Ratna semakin memburu seiring dengan semakin mendekatnya elusan jemari Dony ke pangkal pahanya. Ia justru sudah merasakan bagian itu basah. Ratna membuka kedua kakinya agar tangan Dony dapat dengan leluasa menyelinap ke dalam CD-nya.

"Ouugghhhfff..." jerit Ratna melengking saking nikmatnya saat jari Dony menyentuh bagian yang sudah lembab itu. Ia dorong tangan Dony masuk lebih dalam.

Jemari Dony mulai menyentuh-nyentuh bibir vaginanya. Terasa sudah basah. Jarinya menyeruak bulu-bulu yang terasa begitu lebat di seputar liang itu. Kemudian menyusuri belahannya, dielusnya perlahan, bergerak naik turun sambil menusuk sedikit demi sedikit.
"Oohhh Don! Enakkkhhh sekaliiiiii..!" jerit kenikmatan meluncur deras dari bibir Ratna kala ujung jempol Dony mengusap kelentitnya.

Pinggul Ratna bergoyang mengikuti irama gerakan jempol Dony yang begitu lihai. Tubuhnya meliuk-liuk menahan rasa nikmat yang sudah lama tak ia alami. Membayangkan hal itu, ia jadi teringat apa yang terlewatkan. Tangannya lalu menjulur ke bawah. Mula-mula diletakan di atas paha Dony, lalu merayap naik perlahan. Tangan Ratna berhenti di pangkal pahanya, meremas-remas sejenak untuk kemudian naik kembali. Matanya agak mendelik begitu menyentuh bagian yang sudah mengeras di balik celana Dony. Matanya semakin berbinar membayangkan bagaimana bentuknya jika sudah telanjang nanti.

"Don!?" pekiknya setengah terperangah.
"Kenapa, Yang?" tanyanya heran.
"Nggak.. akh..., bukain ya?" tanyanya kemudian.

Sebenarnya ia tak perlu minta izin dahulu dalam keadaan begitu sudah pasti Dony sama sekali tak keberatan. Dan memang tanpa menunggu jawaban, jemarinya yang lentik itu menarik ritsluiting celana Dony kemudian merogoh ke dalam. "Ehhmmm...," lenguhnya.

Nampaknya ia begitu senang mendapatkan apa yang selama ini ia cari-cari. Begitu keras! Jemarinya kemudian membelai-belai sepanjang batang yang masih terhalang celana dalamnya. Belaiannya berubah menjadi remasan. Dari bibir Ratna keluar desis-desis penuh kenikmatan seiring dengan gerakan jari Dony yang mulai menusuk ke dalam liang memeknya. Kenikmatan yang ia rasakan semakin lengkap karena sejak dari tadi mulut Dony tak pernah berhenti mengemot puting susunya.

Ratna tak mau dibilang egois karena hanya mementingkan kenikmatan sendiri. Ia lalu mengais celana dalam Dony dan meraih batang kemaluannya yang besar itu ke dalam genggamannya. Meski ia tidak bisa melihat ke bawah, tapi ia bisa merasakan betapa besar dan panjang batang milik Dony itu. Dengan lembut ia mulai mengocok batang itu.

Giliran Dony yang kini menggelinjang merasakan remasan dan kocokan tangan lembut milik wanita cantik itu. Ia sangat lihai melakukannya, apalagi saat telunjuknya mengusap-usap moncongnya. Terasa ngilu saking enaknya. Dony tak mau kalah, gerakan jemari di dalam liang memek Ratna semakin menggila, menerobos ke seluruh relung-relung kewanitaannya. Merambah ke bagian-bagian yang menggerinjal. Terdengar nafas Ratna mulai megap-megap menghadapi semua itu. Rasanya tak akan bertahan lama lagi karena bagian yang tak pernah tersentuh pun, kali ini tak terlewatkan oleh serangan jemari Dony. Pinggul Ratna bergoyang liar, meliuk-liuk mengimbangi gerakan jemari Dony.

Sementara itu, tangan Ratna pun tak tinggal diam. Tangannya terus mengocok dengan gerakan yang semakin lama semakin cepat. Mereka rupanya tengah berlomba untuk memberikan yang terbaik. Tubuh mereka bergoyang-goyang liar sehingga membuat mobilnya pun ikut-ikutan goyang. Untunglah hujan cukup deras mengguyur bumi sehingga menghalangi pemandangan apa yang tengah terjadi di dalam mobil. Bahkan pekikan kenikmatan yang meluncur dari mulut Ratna yang cukup kencang itu pun sama sekali tidak sampai terdengar keluar.

Tak berapa lama kemudian Ratna mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga jari Dony melesak jauh ke dalam, kedua kakinya dikempitkan sehingga menjepit tangan Dony diam tak bergerak jauh di dalamnya. Diiringi jeritan kecil panjang, tubuhnya bergetar keras ketika ia mencapai titik puncak kenikmatannya.

"Oouugghhff..........! Dooonnnn, enaaaaakkkkk!"
Sreeeeeetttttt....., sreeet..., ssrrreeeettttttt!!!!!

Ratna merasakan air maninya menyembur berkali-kali untuk yang pertama kalinya sejak suaminya tak memiliki gairah lagi. Luar biasa sekali ekspresi wanita cantik ini. Begitu menggairahkan, begitu dahsyat.

Rupanya luapan kenikmatan Ratna berpengaruh banyak pada diri Dony. Ia merasakan batangnya terasa kelu. Tubuhnya bergejolak hebat. Pantatnya bergerak naik turun mengimbangi kocokan tangan Ratna pada batangnya dan... akh....., akh, akh.....

Creeeeeettttt! Creeetttt!!! Creeeetttt!

Dony mengeluarkan suara geraman berat begitu dari kemaluannya menyemburkan cairan kental berkali-kali. Ratna terus mengocoknya tak henti-henti seakan ingin menguras seluruh isinya. Ia coba melirik ke bawah karena ingin melihat pemandangan saat lelaki mencapai orgasmenya, tapi sayang hanya kegelapan yang ia lihat selain merasakan cairan kental dan hangat membasahi seluruh telapak tangannya.

Mereka terkulai lemas dengan nafas tersengal-sengal. Meski hanya permainan tangan, tetapi rupanya cukup menguras tenaga dan pikiran mereka berdua. Samar-samar dalam kegelapan itu, nampak tersungging senyum kepuasan dari bibir Ratna. Ia lalu mengelus kepala Dony yang terkulai lemas di atas dadanya. Ia berbisik bahagia, "Enak sekali, Don."

 
Kira-kira lima menit mereka beristirahat tanpa bergerak dan mengeluarkan sepatah kata pun. Dony mengangkat kepala dan melirik ke arah Ratna sambil tersenyum hangat. Ratna balas tersenyum. Mesra sekali senyuman itu diikuti oleh sebuah kecupan lembut pada bibir Dony.

Mereka kembali ke posisi duduk semula. Ratna merapikan kembali pakaiannya yang tak karuan diikuti oleh pandangan mata Dony yang tekagum-kagum dan pada saat ia akan menaikkan celana dalamnya, tiba-tiba Dony menahan lengannya. Ratna melirik dengan pandangan penuh tanda tanya. Belum sempat ia bertanya, kepala Dony langsung menunduk ke arah selangkangannya dan mencium kemaluannya.

Darahnya kembali berdesir merasakan hembusan nafas hangat di sekitar kemaluannya. Ratna tertawa geli saat lidah Dony menyentuh bibir kemaluannya. Geli tapi enak!
"Akh...Don! Kamu nakal sekali! Bikin gemes aja!" kata Ratna terputus-putus.
Dony kembali mengangkat kepalanya sambil ikut-ikutan tertawa.
"Idih kok malah ketawa?" seru Ratna semakin gemes. "Awas ya!"

Ratna mendorong tubuh Dony hingga kembali duduk dan menggelitik pinggangnya. Dony tertawa kegelian dan meminta supaya menghentikannya. Ratna berhenti menggelitik, matanya melirik ke arah celana Dony yang masih terbuka dan menemukan batangnya yang terkulai lemas sementara di sekitarnya nampak cairan-cairannya yang sudah agak mengering mengotori celananya.
"Aduuhhh, jadi belepotan begini sich," kata Ratna seraya buru-buru mengambil tissue basah di atas dashboard mobil dan mengelapnya dengan hati-hati.

Terkena sentuhan tangan lembut itu, tanpa bisa dicegah, batang Dony mulai memperlihatkan kehidupannya kembali. Sedikit demi sedikit seiring dengan usapan lembut Ratna, batang itu semakin membesar dan mengeras bagaikan besi. Mata Ratna tak pernah mengedip mengikuti perkembangan itu. Ia terkagum-kagum menyaksikan kemaluan Dony sudah ngaceng kembali dan siap action!

"Cepet banget," ucapnya perlahan penuh kekaguman akan kejantanan teman sekantornya ini.

"Kepengen lagi ya?"
"He-eh," jawabnya pendek.

"Gimana kalau kita cari tempat yang lebih nyaman," saran Dony coba-coba karena mengingat jam sudah menunjukan hampir tengah malam.
"Kamu sendiri gimana? Nggak dicariin?" Ratna balik tanya.
"Aku nggak apa-apa. Lagi bujangan... he.. he.. he," jawabnya sambil tertawa.
"Curang...," sergahnya pura-pura cemberut padahal ia juga kepengen banget meneruskan acara yang tentunya akan jauh lebih hot. Tapi sebagai wanita ia jaga gengsi juga jangan sampai kelihatan kegatelan banget.

Ratna pura-pura berpikir sejenak,

"Gimana ya, ini kan udah malem," katanya sambil menunggu agar Dony terus mendesaknya.
"Nggak apa-apa. Lagian kamu juga lagi bebas kan?" seolah mengerti apa yang ada dalam benak wanita ini, Dony berlagak memintanya terus.
"Oke dech," jawabnya dengan suara yang amat perlahan.
"Nah gitu dong. Itu baru namanya cewek gua yang cantik," kata Dony dengan gembira.

Mendengar itu Ratna kembali berpura-pura marah sambil memelototkan matanya. Melihat ekspresi wajah Ratna, gairah Dony seakan mendesak kembali. Lalu dengan cepat diciumnya bibir yang sensual itu dengan penuh gairah.
"Ehmm.... mmmpphhhff..., cepetan dong!"
"Oke sayang. Oke!" Dony buru-buru melepaskan ciumannya dan bergegas keluar dari mobil untuk segera naik ke mobilnya yang diparkir di sampingnya.

Singkat cerita mereka sudah memesan sebuah cottage tak jauh dari tempat itu. Keduanya buru-buru masuk ke dalam untuk segera memulai kembali acara yang tertunda. Baru saja Ratna menyalakan saklar lampu, Dony sudah memeluknya dari belakang dan menciumi tengkuknya dengan penuh gairah. Ratna melenguh merasakan ciuman hangat yang langsung membangkitkan gairahnya. Kepalanya melengak kebelakang sehingga memperlihatkan kulit lehernya yang halus dan harum. Dony tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mencumbui daerah yang cukup sensitif bagi wanita. Tangannya pun ikut-ikutan beraksi menyusup ke balik pakaian Ratna, mengelus-elus permukaan perutnya yang rata untuk kemudian merayap, menggerayangi buah dadanya yang begitu kenyal padat berisi.

Cumbuan Dony yang begitu lihai membuat lututnya bergetar sehingga tak tahan untuk berdiri lama. Ia lalu berbalik dan menarik kursi yang berada di sampingnya untuk duduk. Cumbuan Dony tak pernah terlepas dan terus mengikuti kemana gerakan Ratna. Begitu sudah duduk, Dony langsung melucuti pakaian atas Ratna hingga telanjang. Matanya langsung berbinar penuh kagum menyaksikan kedua bukit kembar milik wanita itu nampak menggantung indah dan membusung penuh di dadanya.

Dengan rakus, Dony melahap satu per satu daging kenyal itu. Lidahnya menjilat-jilat di seputar putingnya, sesekali menghisap dan mengemot benda kecil kemerahan yang semakin mencuat itu. Serangan Dony memang begitu gencar, tangannya beraksi kembali menarik rok dan sekaligus celana dalamnya sehingga kali ini Ratna benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh mulusnya.

Mulut Dony merayap ke bawah menyusuri permukaan perutnya untuk kemudian langsung terbenam di antara kedua pangkal paha Ratna. Lagi-lagi Ratna menjerit kecil kala ujung lidah Dony menyentuh labia vaginanya. Tubuh Ratna bergetar bagaikan terkena stroom tekanan tinggi. Sambil berpegang pada pinggiran kursi, ia menaikan kedua kakinya ke atas sehingga bagian selangkangannya terbuka lebar-lebar. Dony segera menyerbu belahan daging berwarna kemerahan yang sembunyi di antara bulu-bulu lebat di seputarnya. Jemarinya kembali mengorek-ngorek bagian itu, sementara lidahnya terus menjilat-jilat.
"Ouh...., ooooouuuhhhhh.... Dooooonn..." Ratna mengerang-erang keenakan. Kedua tangannya segera mencekal kepala Dony dan membenamkannya dalam-dalam.

Lidah Dony bergerak lincah mempermainkan kelentit yang menyembul di antara belahannya. Benda kecil yang sangat sensitif itu sudah keras sekali. Akibatnya Ratna megap-megap seperti kehabisan nafas menahan nikmat yang tak terhingga. Suasana yang jauh lebih nyaman dan aman serta gairah yang telah lama terpendam membuat ia tak bisa bertahan lama menikmatinya karena beberapa detik kemudian tubuhnya berguncang keras, menggelapar-gelepar bagaikan ikan kehabisan air. Diiringi lengkingan panjang, Ratna melepaskan tekanan yang mendesak dari dalam dirinya.
"Aaaaaakkkkkhhhhh!!!!" jeritnya penuh kenikmatan.

Ratna kemudian meraih kepala Dony dan menciumi wajahnya dengan penuh kemesraan seolah ingin menyatakan ucapan terima kasih atas kenikmatan yang baru ia berikan. Ciumannya semakin memanas dan liar. Didorongnya tubuh Dony ke arah ranjang hingga jatuh terlentang di sana. Ia langsung menindihnya dari atas sambil menciumi sekujur tubuhnya sementara jemarinya dengan cekatan mempreteli seluruh kancing bajunya dan melepaskannya. Lalu membuka ikat pinggangnya. Tanpa memperdulikan Dony yang mungkin agak terkejut dengan perangainya, Ratna langsung memelorotkan seluruh celana Dony.
"Oooww!!!" pekiknya tertahan menyaksikan batang milik Dony yang sudah mengacung keras seperti tiang pancang itu.

Ia tak pernah mengira bahwa batang milik teman sekantornya ini jauh lebih besar, panjang dan amat keras seperti perkiraannya sewaktu memegangnya dalam kegelapan di mobil tadi. Ingin rasanya ia berteriak kegirangan mendapatkan sesuatu yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Gede banget!" bisik Ratna seraya meraba-rabanya seperti anak kecil yang baru diberi mainan.

Ia kemudian merayap di atas tubuh Dony, turun ke arah selangkangannya. Kini wajahnya persis berada di depan batang yang mengacung itu. Dipandanginya sekujur batang itu dan setelah puas baru ia menjulurkan lidahnya ke atas moncong batang itu.
"Errrggghhhh....," Dony mengerang keenakan saat merasakan lidahnya yang hangat. Ia melirik sejenak untuk melihat ke bawah.

Ratna pun melirik ke atas. Pandangannya bertemu. Dony menganggukkan kepalanya. Entah apa maksudnya. Seolah mengerti, Ratna membuka mulutnya dan perlahan-lahan memasukan batang itu. Kedua bibirnya dirapatkan dan mulai mengulumnya. Lidahnya bermain-main di sekujur batang itu sambil mengemot-emot.
"Auuuukkkhhhh....," kembali Dony mengerang.

Kepala Ratna bergerak naik turun. Dari mulutnya terdengar suara keciprakan selomotannya. Sungguh mendebarkan sekali mendengar suara-suara itu. Ratna tak henti-hentinya mengulum, mengemot dan menghisap-hisap seolah ingin membalas kenikmatan yang dirasakannya tadi. Akibatnya Dony berkelejotan menahan kenikmatan luar biasa ini. Ia merasa tak akan bertahan lama. Dony nampaknya tak ingin keluar sebelum keinginannya tercapai. Ia lalu menahan gerakan Ratna dan mengisyaratkan padanya untuk naik.

Ratna mengerti apa maksudnya, ia lalu berjongkok mengangkangi tubuh Dony sehingga selangkangannya persis berada di atas batang yang berdiri tegak itu. Tubuhnya kemudian turun perlahan-lahan. Batang Dony yang sudah ia selipkan di antara belahan memeknya mulai melesak masuk. Dengan mata terpejam Ratna meneruskan pinggulnya semakin turun sampai akhirnya batang Dony amblas seluruhnya.

Bleeeesssshhhhhhh!!!

"Aaaakkkhhhhhh!!!!" Ratna menghembus nafas lega saat berhasil memasukan seluruhnya padahal tadi sempat ngeri kalau terjadi apa-apa dengan miliknya karena begitu seret sekali masuknya.

Ia berhenti sejenak sambil menarik nafas, lalu mulai bergoyang sambil mengangkang di atas tubuh Dony. Kedua tangannya bertumpu di atas dada Dony, pantatnya menggeol-geol sambil bergerak naik turun dengan irama yang teratur. Tubuhnya nampak bergerak seolah sedang menunggang kuda dan memacunya dengan penuh gairah.

Di bawah sana, Dony tak tinggal diam. Pinggulnya turut bergerak naik turun, bergoyang kiri kanan mengimbangi irama gerakan wanita yang menungganginya. Keadaan semakin bertambah panas, mereka sama-sama berpacu saling berlomba menuju puncak pendakian. Seiring dengan meningkatnya kecepatan, Ratna membungkukan tubuhnya hingga sejajar dengan tubuh Dony sementara pantatnya menungging ke belakang bak seorang joki yang tengah memacu secepat mungkin saat mendekati garis finish.

Demikian pula dengan Dony, kedua tangannya merangkul erat tubuh sintal wanita itu yang nampaknya hampir mencapai puncak pendakiannya. Tubuhnya semakin berguncang, berkelojotan seperti ayam disembelih. Pantatnya bergerak cepat naik..., turun...., naik..., turuuuunnnn...., dan akhirnya ditekannya kuat-kuat. Dari mulutnya meluncur desisan panjang dan lenguhan keras mirip sapi sedang birahi.

Seeeeeerrrrrrrrrr!!!!! Ratna merasakan air maninya menyembur kencang dan banyak sekali menyirami batang kemaluan Dony yang nampak masih bergerak keluar masuk.
"Auuuugghhh..... Dooon!!! Cepet keluaaarinhhhh...., udah nghhhiillluuuuuu......., ooookkkhhhhh!!" kepala Ratna menggeleng-geleng saking gelinya merasakan tusukan demi tusukan batang keras di dalam kemalauannya.
"Oughh..., ouuuggghhh...., AAAAKKKKHH!!!!!" Dony mengerang-erang merasakan nikmatnya orgasme berkali-kali.

Mereka bergulingan di ranjang sambil berpelukan erat menikmati puncak dari segala kenikmatan permainan cinta ini.
"Fhhhuuiiiihhh!!!" Dony merasakan kelegaan. Lepas sudah ketegangan di sekujur tubuhnya.
"Wow!" pekik Ratna puas. Permainan kedua yang cukup menyita tenaga ini sungguh sangat mengasyikan sekali.

Dari raut wajahnya nampak sekali ia begitu menikmatinya dan benar-benar memuaskan. Ratna memeluk Dony begitu mesra seakan tak ingin melepaskan untuk selamanya. Mereka berdua seolah tak ingat akan waktu yang telah melewati tengah malam, atau keluarga mereka yang mungkin mengira mereka sudah ada di rumahnya masing-masing. Apa jadinya kalau perselingkuhan itu tercium oleh keluarga mereka.

Ngentot Dengan Pembantu Seksi


Ini merupakan pengalamanku sewaktu sedang kerja di kota D beberapa bulan yg lalu. Aku kerja mulai dari pukul 08.00a.m s/d 12.00a.m, memang jam kerjaku terlalu absolutist sekali dan kadang kala aku jenuh. Utk menghilangkan kejenuhanku aku sering menggoda pelangganku,dgn mulai kenal nama hingga mencoba cari kesempatan utk bisa dekat lebih jauh lagi. Ada beberapa langganan yg sering kugoda seperti Mila gadis dari kota T umur 17th kelas 2 SMA.Mila gadis yg cantik berkulit putih dan mempunyai anatomy yg aduhai jual film dewasa. Mila selepas pulang sekolah disuruh oleh kakaknya jaga adverse hp milik kakaknya.Counter Hpnya tutup pukul 10.30 p.m,dan setelah counternya tutup Mila pasti belanja ke mini bazaar tempatku kerja.Aku selalu menggodanya dan kadang2 dgn kata2 yg agak seronok. Biasanya Mila klo belanja bisa bolak balik sampai 3x ke tempatku.Klo belanja Mila selalu memakai pakaian yg agak seksi, klo nggak pakai celana pendek yg mini dan ketat Mila pakai rok yg cool mini dipandu dgn baju kaos you can see.

Aku selalu ngiler dan si adekku naik turun melihat pahanya yg putih mulus, pantatnya yg seksi serta payudaranya yg masih ranum.Suatu malam aku kerja sendirian dan seperti biasa Mila datang belanja, kebetulan mini bazaar sedang sepi cuman Mila seorang yg belanja. Malam itu Mila memakai rok mini dan memakai jaket. “Tumben pakai jaket lagi kedinginan ya” kataku ke Mila, dan dijawabnya” nggak sedang segan aja mo ganti baju malas”. Terus aja kugoda Mila dgn kata2 yg agak menjurus, dan kudekati Mila yg sedang memilih belanjaan. Mila sedang mencari roti tawar dan dia minta aku memilihkan roti yg enak. sambil memilih roti sesekali kumelihat ketika itu resleting jaketnya agak turun rupanya Mila nggak pakai baju dan bra hanya pakai jaket.terlihat payudaranya yg masih ranum itu. aku bertanya ke Mila” kamu nggak pakai apa2 selain jaket itu ya?”. dan Mila menjawab” ih mas ngintip ya” sambil mencubit perutku. Aku balas dgn mengelitikinya dan tanpa sengaja Mila terpeleset waktu kugelitiki. Mila agak marah dan aku minta maaf ke Mila cerita dewasa terbaru, Mila kemudian langsung pulang.


Ternyata dompetnya jatuh tertinggal sewaktu terpeleset tadi.Pukul 11.00 p.m kuputuskan utk menutup toko krn sepi,sewaktu aku sedang menurunkan rolling aperture Mila datang menanyakan dompetnya dan kusuruh Mila masuk dan kembali kumenurunkan rolling door.”kok di tutup” kata Mila, “ya nanti kubuka lagi sebab aku mau menghitung pendapatan toko” kataku ke Mila. “kamu masih marah ke aku” kataku dan dijawabnya “nggak”.Kuserahkan dompetnya, Mila menemaniku menghitung uang hasil penjualan. Mila bercerita kalau dia sedang B.t sebab dia di kota D ikut kakaknya dan kakaknya terlalu otoriter, sambil menghitung uang aku mendengarkan curhatan hatinya katanya Mila pingin ini itu selalu dilarang ama kakaknya dan pergaulannya di batasi.


Tiba2 cerita dewasa Mila mendekati aku dan duduk merapat disebelahku sambil kepalanya ditaruh di pundakku juga tangannya tiba2 merangkulku. Aku dibuat grogi oleh Mila, setelah selesai menghitung uang dan menaruhnya di tempat yg aman. Kuajak Mila ke gudang, Mila mengira hanya menemaniku mengecek barang.Namun ketika di dalam gudang Mila langsung kudekap dan kupeluk erat kurasakan hangat tubuhnya.Mila bersaha menolak keinginanku ketika aku berusaha mencium bibirnya yg merah muda itu, setelah beberapa kali gagal aku akhirnya dapat juga merasakan bibirnya terasa lembut dan wangi balm nafasnya namun masih Mila berusaha menolak,aku dapat menurunkan resleting jaketnya dan kulepaskan jaketnya Mila.terlihat payudaranya yg masih ranum dan putingnya yg berwarna merah muda itu. Absolutist kelamaan Mila mau juga membalas ciumanku walaupun dgn perasaan yg agak terpaksa, aku mulai meremas2 payudaranya serta memainkan putingnya secara bergantian. Kurebahkan tubuhnya Mila diatas tumpukan kardus. Aku lucuti rok dan cdnya Mila ternyata vaginanya bersih sama sekali nggak ada bulunya.

 
Aku melepas seluruh pakaianku dan mulai aku mengerayanginya dgn mulai menciumi seluruh wajahnya mulai dari kening,pipi, dan kukulum bibirnya. Puas mengulum bibirnya, turun minciumi lehernya sambil sesekali kujilati, setelah itu meremas2 payudaranya sambil kuhisap puting parudaranya secara bergantian.Mila hanya terdengar mendesah dan merintih waktu kujelajahi tubuhnya, kubuka pahanya dan ingin kujilati vaginanya tapi Mila menolak.Kunaiki dan kutindih tubuhnya kugosok2an penisku di bibir vaginanya sebelum penisku kumasukkan ke vaginanya, Mila berbisik” Aku masih perawan mas dan mas adalah pria pertama dalam hidupku”. Aku nggak perduli akan ucapannya, langsung aja kuhujamkam penisku kedalam vaginanya walau agak susah namun kupaksakan dan dapat masuk dan kutekan dalam2.Mila merintih kesakitan,agar nggak teriak kukulum bibirnya. Namun beberapa saat kemudian Mila dapat menyesuaikan diri. Mila mendesah dan merintih ketika aku mengeluarmasukkan penisku didalam vaginanya sesekali kutekan dalam2.

 
Sungguh nikmat tubuhnya Mila, terus kukeluarmasukan penisku dan tanpa terasa tubuh kami berua mengejang dan kami berdua mecapai orgasme secara bersamaan.Mila dan aku dapat mencapai klimaks bersamaan dan spermaku membasahi di dalam vaginanya. Ketika penisku kukeluarkan dari dalam vaginanya ada bercak darah di penisku.Kuajak Mila ke kamar mandi dan kubersihkan tubuhnya setelah itu kami berpakaian.Mila minta kepadaku agar menjaga rahasia apa yg telah kami perbuat.Setelah itu kami keluar toko dan Mila seolah2 nggak terjadi apa2 dan pulang kerumahnya begitu juga aku.

Rabu, 15 Mei 2013

Anak kost mamaku


Cihuuyyy! Aku mau pulang ke Indonesia! Kangennya aku sama jual film dewasa kota Kembang tempat kelahiranku, teriakan kernet angkot "Dago! Dago! Dago, Neng?" Kangen sama cowok-cowok Indonesia yang keren. Kangen sama makanan Indonesia yang khas. Yep! It's time for serious ngeceng dan makan sebanyak-banyaknya. Bukannya aku jarang pulang, walaupun tidak rutin, aku sering pulang di saat liburan sekolah, kali ini sedikit lain karena tidak ada lagi ikatan sekolah.

Akhirnya aku lulus kuliah beberapa bulan yang lalu. Cihuy lagi! Good Bye, School! Tak mungkin aku akan balik lagi ke tempat yang disebut learning institution; dingin-dingin/panas-panas harus ke kampus, ngantuk/lelah harus belajar, lapar/haus harus ditahan, di saat ujian aku hanya tidur tiga jam sehari. Temanku malah sampai kencing darah karena keseringan menahan pipis (demi belajar?). Hhhh... "sigh" higher education sucks! Mendingan hidupku yang sekarang, duduk di office yang nyaman dan bekerja menurut jadwalku sendiri. Yah, inilah yang namanya bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian.

Anyways, cerita dewasa ini terjadi ketika umurku 21 tahun. Setamat kuliah di US, aku sempat kerja part time beberapa bulan. Aku belum menginginkan pekerjaan yang tetap disebabkan oleh alasan kepingin istirahat. Personal status pada waktu itu; sudah punya pacar, seorang pria bernama Venis (not with the P, but V) kepada siapa aku telah mempersembahkan milikku yang paling berharga, namun kini rasanya aku inginkan hubungan ini berakhir. Yang namanya spiritual, emotional, intellectual connection itu tidak terasa di antara kami, mungkin yang eksis cuma intellectual. Paling sulit memang mendapat restu dari Venis untuk pergi jauh darinya berbulan-bulan. Sudah kukatakan kepadanya bahwa aku perlu "break" (hei! aku perlu membuka kesempatan bagi pria-pria lain untuk mendekatiku dong). Tapi dia tidak setuju. Ya sudah, aku tinggal saja.

Keberangkatanku agak mengharukan. Rasa kehilangan itu ada, terhadap kekasih yang aku tinggal (Venis adalah lelaki yang mengisi hatiku setelah Ade, some of you may already know the history with him). Entah apa yang akan terjadi jika aku balik lagi ke negeri ini, akan bersama lagikah kami? Aku sempat meneleponnya waktu transit di Changi untuk menyatakan kerinduanku. Tapi, perasaan galauku lenyap begitu aku melihat Mama menjemputku di bandara Cengkareng. Ketika aku keluar dari bandara, suasana jauh berbeda. Wuihh! gerahnya kota ini. (dan... belum apa-apa sudah lihat cowok kece di restoran!)

Pertama-tama yang kulakukan setiba di Bandung yaitu merayu Mama sampai dia membelikan mobil untukku. Pada mulanya dia memang memenuhi permintaanku, tapi yang dikabulkan; Charade, yang mesinnya cuma 1000cc itu! Kontan aku protes keras. "Maaa, sing baleg atuh. Masa Khristi disuruh bawa mobil sekecil itu sih? Mana aman? Ditubruk orang langsung mati deh berikut penumpangnya. Di Amrik mobil Khristi ampir 3000cc!" Permintaanku memang macam-macam, perlu yang otomotis pula, "Sini kan di mana-mana macet melulu, entar betis Khristi gede sebelah gimana?!" Aku masih merengek-rengek. Banyak pertentangan yang keluar dari mulut Mama yang dinamakan "issues", mengenai jalan di Indonesia yang sempit-sempit, bahwa dia juga mesti pinjam uang sana sini, bahwa Papa kurang setuju. Ya sudah deh, aku mengalah, habis anak Mama sih. Akhirnya aku dapat mobil Honda Civic, yang kalau tidak salah nama resmi Indonesianya "Genio". Lumayan walaupun bukan brand new, aku cukup puas, otomatis lagi.

Dengan modal mobilku ini, aku jalan-jalan kesana kemari sendiri, sambil mengenali kembali jalan dan tempat yang sudah lupa-lupa ingat. Aku tidak suka disupiri, not my style. Well, dengan bekal pengalaman nyetir di Amerika, aku nekat keluyuran di jalan-jalan yang sempit dan tidak beraturan itu, kadang ditemani kadang tidak menghindari lalu lintas yang ramai polisi sebab aku tidak punya SIM (akhirnya tertangkap ketika ada razia). Aku menemui beberapa teman lama, mengunjungi sanak saudara, keluar masuk pusat-pusat perbelanjaan, fitness, dan lain sebagainya.

Ada juga beberapa tawaran pekerjaan datang dari kenalan. Aku tolak dengan halus. Hmph! dalam hati aku bersungut-sungut, yang benar saja, untuk apa aku kerja di sini, kalau mau cari duit tentunya aku akan cari pekerjaan di negeri Paman Sam.

Kadang-kadang cerita dewasa aku kesepian tidak ada teman di siang hari, kawan-kawanku ternyata sibuk semua, entah sibuk benaran atau pura-pura. Biarlah, mereka dan aku memang susah menyambung lagi. Aku hanya memiliki sepupu yang dari dulu dekat denganku dan dua teman dekat. Seharusnya kakak laki-lakiku bertanggung jawab, aku ingin dia mengenalkanku pada teman laki-lakinya dan harapanku salah satu dari (mereka) keluar sebagai "the perfect guy", supaya aku kecantol padanya dan tidak usah balik lagi ke US. Sialnya, sampai sekarang yang dia kenalkan cuma satu, dan aku tidak berminat.

Pernah ketika pergi dengan segerombolan kawan-kawan yang lain, aku bertemu kakak kelasku yang pernah aku taksir dulu. Selama tiga tahun di SMP aku memperhatikannya! Entah dia mengetahui hal ini atau tidak, tapi hhhh... lemas aku ketika melihatnya lagi sekarang, yang jelas dia jauh dari apa yang kubayangkan, sangat mengecewakan, tsk, tsk, tsk! Kelihatannya hidup yang susah telah merubah manusia.

 
Di belakang rumah kami di daerah Sukajadi, Mama membuka bisnis sendiri yang oke punya. Mama memang hebat. Dia terlatih untuk memanfaatkan banyak hal dalam segala ketidakmampuannya, terutama di saat-saat Papa "kurang" bertanggung jawab. Dia telah mampu me-manage beberapa unit di belakang rumah kami dan memutarnya menjadi tempat kost, yang sekarang jumlah kamarnya ada dua puluh buah, semuanya senantiasa terisi. Penghuninya melebihi 25 orang, ada beberapa kamar yang dihuni dua orang. Mereka umumnya terdiri dari pria dan wanita berusia 17-27 tahun, bekerja atau kuliah, belum nikah. Ada beberapa jenius yang kuliah di perguruan tinggi terkenal, banyak yang sudah tinggal di sini bertahun-tahun, malah ada yang ketemu jodoh di sini dan menikah lalu pindah keluar untuk membina rumah tangganya sendiri. Macam-macam orang dari seluruh pelosok negara Indonesia.

Lama-lama tinggal di rumah, aku jadi mengenali penghuni kost di belakang. Kebanyakan dari mereka tidak ada di rumah di siang hari. Tapi menjelang sore, ruang dapur, beberapa ruang duduk, ruang tamu, bahkan di lorong-lorong yang tidak tersedia kursi pun menjadi semarak. Mereka sibuk makan, masak, ngobrol, main kartu, masuk-masuk kamar orang lain dan sok menjadi tuan rumah di kamar sendiri.

Aku menjadi akrab dengan cerita dewasa beberapa dari mereka, salah satunya adalah Randy. Kami memanggilnya Duren. Duren hanya beberapa bulan lebih tua dariku, asal Jakarta, di Bandung bekerja sambil kuliah, orangnya paling ngocol. Wajahnya biasa-biasa saja, tapi bodinya oke banget, pantatnya terlihat padat berisi (later I found out bukan cuma pantatnya yang padat berisi). Setiap hari dia cuma ngantor beberapa jam dan selebihnya lebih sering di rumah. Dialah yang sering kuajak menemaniku keluyuran. Katanya dia sudah kost di sini sejak aku pulang tahun lalu. Yang lainnya adalah Donat, pelesetan dari Doni, penghuni terlama di sana, umur 23-24, tampan, kulitnya putih sekali, otaknya super encer, sayangnya agak pemalu. Menurutku dia benar-benar pemalu. Kami senang sekali menggodanya dan "menodong" makanan di kamarnya.

Well, masih banyak lagi tenant-tenant (pria atau wanita) yang lucu atau "bagus", tapi umumnya sudah punya pasangan. Seperti Fendi dan Tikno yang pacarnya manis dan imut. Tentunya aku tidak punya niat apa-apa terhadap mereka, sampai pada suatu hari. Malam Minggu, rumahku sepi, adik dan kakakku pergi, Papa keluar kota, Mama barangkali arisan. Adikku yang perempuan (masih ABG) kencan dengan pacarnya, hmmm... entah dia masih perawan atau tidak. Aku sendiri lebih memilih duduk di kamar baca novel.

Teman kakakku tadi menelepon mengajakku keluar, tapi aku malas. Terakhir aku keluar bersama dia minggu kemarin. Bukan salahnya memang kalau di acara itu salah satu ban mobilnya tertusuk paku sehingga acara date kami jadi berantakan, setengah jam dia harus berutak-utik dengan ban menyebabkan tangan serta bajunya hitam-hitam.

Well, guess what? Another incident. Baru dua hari yang lalu, aku dibonceng motor oleh seorang temanku yang lain dalam rangka cari makan malam. Tahu-tahu setelah makan, datang ide gila. Bukannya pulang, kami berputar haluan ke Lembang, hanya berbaju lengan pendek tanpa jaket. Selain badan beku kedinginan, motor pun ngadat dalam perjalanan pulang, di tempat sepi lagi (sampai ngeri aku).
Ada apa sih antara aku dengan mobil/motor teman-temanku? Tapi yah, sedikit banyak inilah sebabnya aku memilih diam di rumah yang tenang. Bosan baca buku, aku menghampiri cermin besar lemariku. Aku menatap wajahku sendiri, lalu tersenyum menunjukkan sederetan gigi putih, terlihat olehku senyumku sendiri yang menawan, yang ampuh memikat hati lawan jenisku. Bahkan gynekolog-ku yang tampan namun sudah berumur memandangku dengan sungguh-sungguh dan berkata, "Khristi, you have a really pretty smile!" Aku lepaskan setiap potong pakaianku, lalu kulihat bayanganku di sana. Wajahku memang cantik, tidak sedikit orang yang bilang begitu. Tubuhku yang cukup tinggi semampai terlihat jauh dari buruk. Aku harus bersyukur dengan pemberian yang ini, aku bisa makan apa saja yang aku suka sebanyak-banyaknya, tidak perlu diet, dan bentuk tubuhku tetap langsing (olahraga tetap diperlukan tentunya). Aku melarikan tangan dan jariku dari leher ke dada, berputar di bukit dada, kedua tanganku meremasi buah dadaku dan desahan-desahan lirih mulai keluar dari mulutku. Aku jadi terbawa nafsuku sendiri.

Aku berjalan mendekati jendela-jendela besar yang terbuka. Angin malam bertiup memasuki kamarku, namun justru terasa sejuk sekali menerpa kulitku. Aku duduk bertengger di salah satu jendela itu. Kaki kanan di bagian dalam kamar dan kaki kiri terjuntai bebas di luar. Di jendela inilah aku sering memuaskan diriku sendiri, menggunakan vibrator yang berbentuk kemaluan Venis (hadiah dari Venis tentunya) dan melakukan solo seks disaksikan genting-genting rumah dan langit nan biru, dan kadang-kadang kucing yang lewat mengejutkanku (atau mungkin juga oleh penghuni kost yang kebetulan melongokkan kepalanya keluar?). Malam itu yang kubayangkan adalah Riko, cowok kece yang sempat mengejarku di masa kuliah, namun kutolak karena aku sudah bersama Venis. Hmm... minggu depan aku akan ke Jakarta menemuinya.

Beberapa menit kemudian, berahiku yang tadi menggebu-gebu mereda. Aku berpakaian kembali celana pendek jeans yang lusuh, kaos putih tak berlengan serta kemeja kedodoran, tanpa pakaian dalam sama sekali. Aku ambil semua uang Rupiahku di dompet, lalu turun menuju belakang rumah. Jam-jam begini di malam Minggu, tentunya beberapa cowok-cowok yang kost sedang berjudi. Aku akan ikut main kali ini. Selama ini aku hanya nonton, pernah iseng-iseng aku sampaikan bahwa aku ingin ikut serta, mereka tidak mengijinkan.

Ini memang sudah menjadi aktivitas rutin di sini. Kadang mereka berjudi nonstop sampai Senin pagi, akhirnya bolos kerja. Kadang, yang memiliki pekerjaan tidak sungkan menghabiskan seluruh upah sebulannya dalam satu malam. Benar-benar edan! yang kalah dan uangnya ludes tentunya harus berhenti main, kecuali ada yang meminjamkan. Tetapi sebaliknya, lain dengan yang kualami di Las Vegas, yang menang tidak bisa keluar begitu saja, dia harus main sampai semua sepakat permainan berakhir.

Ada empat orang yang sedang main; Randy alias Duren, Tikno dan Fendi yang masing-masing menarik namun sudah punya pacar, Jojon yang berduit dan agak gemuk; dan seorang yang cuma nonton; Tompel alias Thomas yang berkacamata dan tertua umurnya. As you can see, semua cowok-cowok yang single diberikan nickname. Donat yang pemalu bersama dua orang lain ada di ruang satu lagi sedang nonton TV, mereka tidak pernah ikut-ikut judi.

Aku menempatkan pantatku di kerumunan orang itu. Huh! Bau sekali! Semua perokok, kecuali Duren, dan mereka dengan seenaknya meniupkan asapnya kemana saja dengan cuek bebek. Sambil mengendus-endus di balik kemejaku mencoba menghirup udara yang lebih segar, aku mendongkol dalam hati. Aku sudah komplain satu dua kali, tapi tentu saja percuma. By the way, what is it with cigarettes and Indonesian people?

Setelah berbasa-basi, aku menyerukan, "Ikut main!" Beberapa cowok memandangku dan tersenyum, yang lain lebih konsentrasi ke kartu di tangannya. Eh, sialan, aku memang kurang dianggap, disangkanya aku anak kecil atau apa. Aku berbisik ke Duren (yang lebih dekat denganku) bahwa aku serius ingin main. Dia yang biasanya baik pun tidak begitu peduli kali ini. Dasar! cowok-cowok bila sedang terbawa hobby memang begitu, hobby menjadi nomor satu, well... sebetulnya ini lebih mirip addiction, Tikno dan Fendi bahkan sebelum jam 10 malam telah memulangkan pacarnya masing-masing supaya bisa berjudi.

Kutunggu sebentar. Beberapa hanya melemparkan pandangannya padaku, terkadang ke arah tungkaiku yang tak tertutup. Kesal juga aku! Aku tanya lagi, "Ren, kenapa sih aku enggak boleh ikutan?"
"Jangan. Nanti Mama marah," katanya.
"Ini uangku sendiri."
Yang di kantong memang uangku sendiri, tapi aku melupakan bahwa Mama baru saja membelanjakan uangnya sendiri untuk mobilku.
"Ikutan! Kalah ya kalah! Aku nggak mau cuma duduk bengong!" tekatku.
Aku menanggalkan kemejaku dan mengeluarkan semua uangku.

Nah, sekarang semua cowok yang ada lima orang mengalihkan perhatiannya padaku. "Kartu baru, aku masuk!" Aku tahu mata mereka sempat menangkap dua tonjolan di dadaku yang mengacung di balik kaosku. Ukurannya tidak besar memang, tapi cukup menggiurkan, who says they have to be big to be beautiful? Kaos putih polos yang pas di tubuhku (tidak ketat dan tidak juga kedodoran) seakan menunjuk ke mana exactly puting susuku terletak. Biar saja, aku memang bukan anak kecil lagi, pasti dengan begitu mereka takkan menolak aku main. Kalau masih menolak, aku akan pergi! Hayo! enggak rela kan?

Lima pasang mata lelaki di sekelilingku mulai sering melirikku. Pikiranku mulai nakal. Walaupun aku bukan penggemar group seks, berada di tengah lima laki-laki atraktif dan menjadi pusat perhatian mereka tak enggan membuat darahku naik. Aku tergoda untuk makin menarik perhatian mereka. Sambil menunggu permainan itu berakhir, aku melipat kaki dan tanganku dengan gayaku yang khas, perlahan tapi pasti, memperlihatkan lipatan antara paha dan pantatku dan juga memperjelas bentuk buah dadaku. Kini mereka tak malu-malu "menonton" aku. Aku tersenyum menang. Aku melarikan lidahku membasahi bibirku. Lalu sambil mengikat rambutku ke belakang membuat buntut kuda, perlahan-lahan aku membuka kedua pahaku dan menutupnya kembali; aku bikin scene seperti Sharon Stone di Basic Instinct di mana dia memamerkan bulu kemaluannya saat diinterogasi polisi-polisi. Hmm... aku sangat menikmati wajah-wajah terkejut dan takjub di sekelilingku, lima pasang mata semua tertuju ke arahku, tak terhalangi meja karena tinggi meja tengah itu hanya selutut. Aku yakin beberapa dari mereka sempat mengintip sesuatu di selangkanganku. Mungkin hanya sedikit bulu-bulu halus, mungkin juga bibir kemaluanku... entahlah, aku tidak pernah double check. Tapi hasilnya: Instant Erection.

 
Berkali-kali aku praktekan "show" ini di depan pacarku seorang; tapi kini di hadapan lima laki-laki strangers, oh...! sensasi yang muncul lima kali lebih nikmat. Imajinasiku mengalir dengan bebas... andai musik jazz di latar belakang diubah menjadi freestyle/house music, rasanya aku bisa menari-nari mempertunjukkan strip show. Aku berdiri di tengah-tengah mereka menggantikan kartu-kartu menelanjangi diriku sendiri, sambil meliuk-liukkan pinggulku aku singkapkan kemolekan satu persatu anggota tubuhku dari yang "wajar-wajar saja" ke yang paling private, semuanya terungkap tidak menyisakan sedikitpun tanda tanya dalam imajinasi mereka. Lalu berakhir dengan aku di atas meja disetubuhi mereka satu demi satu bergiliran, atau... tubuhku tak berpijak, terayun-ayun di udara sementara dipapah tangan-tangan kokoh sebagian dari mereka dan sebagian lagi bergerak memuaskanku.

Ahem... well, tidak sampai itu tentunya. Bahkan, bukan seperti biasanya aku begini, aku adalah orang yang lebih mengandalkan otakku untuk menarik perhatian cowok, ini adalah pertama kalinya aku berbuat kotor. Dari dulu aku memang anak remaja yang polos, sampai bertemu Venis. Dia telah banyak mengenalkan aku hal-hal yang baru.

Di tengah ruang itu kami hanya berbincang-bincang, sedikit ngeres. Menyegarkan memang, apalagi melihat batang kemaluan Tikno yang berdiri tegang dengan bebas, dia sama sekali tidak berusaha menutupi, berbeda dengan Jojon yang ngumpet-ngumpet membetulkan letak kemaluannya. Hihihi... Walaupun duitku hampir ludes, aku sempat mengorek banyak dari mereka. Dengan gencar bertanya ini itu (mengenai topik-topik yang hanya pantas dibahas oleh orang dewasa), namun berkelit jika ditanya. Well, dari sini aku mendapat pengetahuan yang lumayan, termasuk terminologi seks Indonesia yang tak pernah kudengar sebelumnya.

Aku teringat Donat. Untung Donat sedang nonton TV di ruang lain. Laki-laki yang baik itu tentunya sudah pingsan jika melihat adegan tadi, atau mungkin kabur menjauh. Pernah satu kali aku mengenakan blouse v-neck yang menunjukkan sedikit bukit atas dadaku, dia sampai menelan ludah berkali-kali. Aku berani bertaruh dia tidak pernah menyentuh wanita seumur hidupnya.
Seminggu kemudian. Di suatu hotel di Jakarta

Malam hari di atas ranjang, aku merenungkan Duren yang sedang berbaring di sofa, tidak berselimut atau berbantal. Dia tidak tega meninggalkanku sendiri menginap di hotel. Rencananya dia akan pulang ke rumah orang tuanya sendiri di Jakarta, tapi di menit-menit terakhir dia ingin menjagaku. Kelihatannya dia mengkhawatirkan aku. Besok Riko, cowok yang ganteng itu akan datang menemuiku di hotel ini. Mungkin Duren takut Riko akan datang malam ini juga mengetahui bahwa aku sendirian. Mama memang mempercayakan aku kepada Duren. Mulanya Mama menyuruhku menginap di rumah saudaranya kalau aku ingin jalan-jalan keliling Jakarta tapi aku tidak suka numpang-numpang di rumah orang lain.

Aku tertidur. Tengah malam jam 2 aku terbangun. Aku lihat Duren masih di sofa, sedang berusaha tidurkah? Kasihan dia, tentunya kedinginan. Kupikir dia baik sekali, rela kedinginan dan tidur di sofa, dan tidak sedikitpun keluhan keluar dari mulutnya. Cowokku sendiri tentunya akan protes keras disuruh tidur di sofa.
"Ren, matiin aja AC-nya," aku usul.
Dia bergerak memberi respon. Ternyata dia memang tidak bisa tidur.
"Engga usah Khris, nanti kamu kepanasan."
Aku memang benci kepanasan, dimana-mana aku selalu menyalakan AC.
"Tidurnya enggak nyaman ya?"
"Nggak papa kok."

Setelah kupikir-pikir, akhirnya aku menawarkan dia untuk tidur di sisiku. Tawaranku diterimanya. Duren tidak tidur, aku tahu. Kami berdua tidak bisa tidur. Aku sendiri tidak memikirkan akan kemungkinan yang bisa terjadi. Selama ini aku dekat dengan Duren, kadang-kadang di saat-saat casual aku menempatkan tanganku di pahanya, atau tangannya memegang bahuku. Dia tidak pernah kurang ajar, bahkan setelah kami berjudi bersama minggu lalu. Tapi tiba-tiba kesunyian itu pecah, Duren menindihku, menyerbu leher dan wajahku dengan ciumannya yang bertubi-tubi. Dia mendesah, "Napasmu membuat aku tidak bisa tidur." Ciumannya enak sekali, panas dan penuh bara, terasa lain dari yang pernah kurasakan. Memang aku kaget, tapi setelah kaget itu hilang, aku tidak menolak meskipun tidak juga membalas. Tangannya menyerbu dada, pinggang dan pantatku. Aku merasakan tonjolan keras di celananya menekan-nekan tubuhku. Sshhhh... tak tahan aku tidak menyentuhnya, tanganku menyusup ke dalam celana pendeknya dan meremas bagian itu dan melepasnya kembali. Ciumannya turun ke dadaku sambil berusaha menelanjangi bagian itu. "Oh... jangan Ren, jangan ke sana," aku mempertahankan bajuku sambil menggelinjang geli. Duren berdiri melepas semua baju dan celananya sendiri, lalu tangannya beralih dengan cepat memelorotkan celana pendekku tanpa sempat kucegah. "Ren! tolong jangan lakukan," aku memohon. Ciumannya memang sedap, tapi aku tidak sudi disetubuhinya. Duren kembali mencumbu bagian wajahku.

 
Aku mulai berpikir. Apa yang sedang kulakukan? Selama ini hanya ada satu pria yang pernah menyetubuhiku. Dia adalah kekasihku sendiri. Setelah mendapatkan hatiku, dia harus berjuang keras berbulan-bulan untuk mendapatkan tubuhku. Lantas, siapa orang di hadapanku ini? Kenal juga baru-baru ini. Tidak bisa! aku menjerit. Ren, pergi kau. Aku tidak sehina itu. Aku dorong tubuhnya kuat-kuat. Kakiku menendang-nendang di udara. Rupanya nafsu Duren yang sudah tinggi mengalahkan segala-galanya. Dengan segenap tenaganya, dia menekan tubuhku, berhasil mengoyakkan celana dalamku dan mengarahkan batang kemaluannya ke arah liang kemaluanku. Belasan kali dia mengarahkan, belasan kali pula aku mengelak. Akhirnya di saat aku lelah, dia keluar sebagai pemenang. Dia menghunjami tubuhku dengan barangnya yang besar. Besar dan panjang sekali. Aku tak berdaya. Hatiku sakit, kewanitaanku perih. Aku hanya memejamkan mata dan menangis. Semenit kemudian, dia berkata, "Jangan khawatir, aku akan bertanggungjawab." Heran, kubuka mataku. Nyatanya dia sudah selesai.

Aku berbaring lama sambil berpikir. Apakah Duren sudah menumpahkan air maninya di dalam tubuhku? Rasanya terlalu cepat. Tapi dia bilang dia akan tanggung jawab? Apa maksudnya? Hah! maksudnya kalau aku hamil? Apaan? Aku tidak mau dinikahinya sekalipun aku hamil. Sekolahnya belum selesai dan kerja pun belum mapan. Suara "Maaf" terdengar sayup-sayup. "You used me," desisku.

Setelah kurasakan tenagaku kembali, aku berdiri, memakai celanaku. Lalu ke dekat pintu memungut sepatuku yang bertumit 10 senti. Bukan tumit lancip yang mampu melubangi kepala Duren, tapi cukup keras untuk membuat tubuhnya biru-biru. Dengan histeris, aku menyerangnya dengan sepatu itu. "Kalau pacarku tau, dia akan terbang ke sini dan menembakmu."

So, inilah permulaan dari segalanya. Pertama kalinya aku mengkhianati kekasihku yang jauh. Berkhianatkah aku? Aku memang sudah berniat meninggalkannya. Ini pula awal aku merubah banyak hal dalam hidupku. Aku memang bertemu Riko di pagi harinya sementara Duren pulang ke rumahnya. Riko... dia orang yang "lain", tampan dan simpatik, kuakui aku pernah menyukainya. Umurnya sudah 25, punya bisnis sendiri di ITC Roxy Mas. Dua tahun yang lalu dia muncul dalam hidupku dan mendekatiku, tapi harus kujauhi karena Venis telah masuk dulu. Alasan aku menemuinya kali ini adalah memberikan kesempatan untuk membuktikan masih adakah chemistry itu. Akan tetapi, mau apa lagi sekarang? Semangatku sudah putus.

Hari-hariku berikutnya... aku malu mengakuinya setelah apa yang dilakukannya terhadapku, aku menjalin hubungan yang lebih dekat dan intim bersama Duren. Perbuatan yang tidak bisa kubanggakan. But we had fun together, just for the sex and lust, no love not great sex, but good enough for the time being. Tinggal di atap yang sama. ML di setiap kesempatan datang. Di kamarnya. Di kamarku. Di kamar mandi. Di atap rumah. Di pinggir jalan raya di dalam mobilku. Bahkan di boncengan motornya.

Akibatnya harus kutanggung sendiri. Kami tidak pernah menggunakan protection. Aku ternyata hamil beberapa saat kemudian. Lucky me, aku bisa mendeteksi hal ini awal sekali. Duren sama sekali tidak bertanggung jawab. Dari mana dia punya uang untuk berbuat apa-apa, apalagi dia termasuk penjudi. Pernah terbayang di benakku aku menjadi istrinya, hidup dalam kemiskinan, walaupun mungkin the sex could be great. Untung akal sehatku masih bekerja. Aku mengambil langkah untuk menggugurkan janinku pada tahap kehamilan yang cukup dini. Ini merupakan dosa terbesar dalam hidupku: mengakhiri hidup sebuah janin karena ulahku sendiri.

Bukan itu saja. Duren tidak pernah punya kekasih selulus SMA, kadang- kadang untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, dia berhubungan dengan perempuan bayaran di Saritem. Rasa takut akan terhinggap penyakit STD menghantuiku berbulan-bulan setelah perpisahan kami. Akhirnya aku mendapat keberanian untuk ke lab untuk mengecek diri. Hoping for the best and expecting the worst...? no, no, actually, I couldn't even expect anything, I was just hoping and hoping and praying to my god. Bahagia sekali ketika hasil test HIV itu keluar negatif. Sejak insiden itu aku bersumpah kepada diri sendiri bahwa aku tidak akan pernah gegabah lagi.

Semoga cerita di atas bisa dapat menjadi contoh pelajaran buat pembaca. Ummm... gimana ya? nyata atau tidaknya kisah ini adalah rahasiaku sendiri, persis seperti kisah-kisahku yang sebelumnya... dan yang akan datang, kalau mau menghubungiku melalui email, khususnya cewek cewek yaaa! Sampai jumpa di lain cerita.

Anak Tetanggga Yang Mengairahkan



Aku seorang jual film dewasa pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota DKI, nama aku Iwan. Aku berumur 30 tahun dengan tinggi badan 170 cm serta berat badan 65 kg dan kata cewek-cewek sih, aku memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan lima hari kerja yaitu setiap hari senin sampai Jumat, sehingga setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah yang merupakan salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu
aku selalu mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah porno, dan menonton film pornoh yang aku sewa di salah satu rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu berlangsung selama berbulan-bulan.

Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah aku melihat Riska anak tetangga aku yang masih duduk di kelas 1 SMP yang kira-kira berumur 12 tahun dan aku sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti memeknya belum ditumbuhi bulu-bulu halus.

Aku cerita dewasa sering melihat riska kesekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat kerja atau pada sore hari sepulang kerja di saat ia sedang jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari riska mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda.

Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan riska setiap usai bekerja namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini setiap akan berjalan-jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya (Yani yang sedang kuliah smst 2 dan Neni yang duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap sore.

Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu menunggu riska untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena riska hanya sendiri saja berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat. Dengan sangat nernafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideker didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh riska dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja.

Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh riska dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya "Duduk sendirian nih boleh aku temanin," dengan terkejut riska mambalikan wajahnya dan berkata "eh...... boooboleh." Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada riska "Biasanya bertiga, temennya mana..?", dengan terbata-bata riska berkata "Gi.. gini om, mereka i.. itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku." aku langsung malu sekali dan kerkata "Sorry." kemudia riska menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM.

 
Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah posisi. Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan riskapun tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran
dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat riska kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank topnya. Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan riska yang membuat tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan-lahan menyusup kebukit kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata "Terusss.. nikmattttt.. Ommmm........... ahh.. ahhhh...." Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata riska memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD.

Lima menit cerita dewasa berlalu terdengar suara riska "Ahh.. terusss Om... terusss.. nikmattttt.. ahh.. ahhhh..." hanya kalimat itu yang keluar dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam memeknya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin
menggencagkan seranganku dengan mengocok memeknya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Riska.
"Ouuhhh.. Ommmm.. terus.. ahhh.. ahhhhhhhhh.. ahhhhhhhhhhhhhh.." riska mengalami orgasme untuk yang pertama kali.Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga riska "Udah dulu ya.." dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata "Kapan-kapan kita lanjutkan lagi," ia langsut menyahut "Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat memek aku udah basah.." sambil ia memegang memeknya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang
pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya. Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa, yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut.Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan riska namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset tersebut. Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Riska, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang membuat riska terkejut.
Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia "Lo riska ngak kesekolah nih?" dengan malu-malu riska menjawab "Ujan om.." aku langsung bertannya lagi "Ngak apa-apa terlambat.""Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi." riska menjawab dan aku langsung bertannya "Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?". "Ia om", riska menjawab dan dalam hati
aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu-tunggu dan aku langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang samar-samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan.

Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat riska menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang, karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut. Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata riska tidak kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok memeknya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan mengocok memek dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati riska dari belakang.

Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget dan buru-buru melepaskan tangannya dari memek dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi "Teruskan saja, aku akan membantumu." kemudian aku duduk dibelakang riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa riska menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan. Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher putih riska, tangan kananku membuka kancing baju riska satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu. Riska sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan riska kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok
riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan.
Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat riska makin terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras.

"Ahhhhh terussssssss Omm........ terusssssss.... nikmattttttt..... ahh.... ahhhhhhhhhhh....... isap terus Om.. Ahhhh........ mhhhhhhhh. Omm..."Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan-lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan."Ahh ugggh.... uuhh.... agh.... uhh.... aahh", Mendengar desahan riska aku makin tambah bernafsu untuk mencium
memeknya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memeknya terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga
jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam memek riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran memeknya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga memek anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam memeknya, itupun dengan susah payah karena sempitnya memek riska. Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat riska mendesah."Auuuuuggggkkkk..." jerit Riska cerita dewasa.
"Ah... tekan Omm.. enaaaakkkkk...terusssss Ommm..." Sampai beberapa menit kemudia riska mendesah dengan panjang."Ahh ugggh..., uuhh..., agh..., uhh..., aahh", yang membuat riska terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari memeknya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan cintannya.

 
Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan.
Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya. Dengan melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan memeknya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya, dan akupun mengisap memeknya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang riska kenakan berada di ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku."Aduh, Ommm...! Pelan-pelan dong..!" katanya sambil mendesis kesakitan Riska menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus menjilati bibir memeknya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memeknya dengan cepat yang membuat riska mendesah dengan panjang. "Uhh..., aahh..., ugghh..., ooohh"."Hmm..., aumm..., aah..., uhh..., ooohh..., ehh"."Oooom..., uuhh..." Riska menggeliat-geliat liar sambil memegangi pinggir sofa."Ahhh... mhhh... Omm..." demikian desahannya. Aku terus beroperasi dimemeknya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam memeknya, membuat Riska tersentak dan memekik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memeknya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan menggeliat.

Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan riska begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi riska masih malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20 cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata riska melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut riska dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan pelan-pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap-hisapnya sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara itu. Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit
kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi. Kemudian aku menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang itu yang membuat bukit kembar riska semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah.

Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong riska (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan riska yang membuat memeknya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin,"Ini dia saatnya... lo bakal habis,riska..!" mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian permukaan memek riska.

"Aduhhhhhh Omm.. aughhhhghhhhh... ghhh... sakit Omm..." jerit Riska dan terlihat riska menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya memek riska walaupun telah basah oleh lendirnya. Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus "gawang" keperawanan riska sambil teriring suara jeritan kecil.
"Oooooohhhhgfg..... sa... kiiiit.... Sekkkallliii.... Ommmmm....", dan aku maju mundurkan penis aku kedalam memek
riska "Bless, jeb..!" jeb! jeb! "Uuh..., uh..., uh..., uuuh...", ia mengerang."Auuuuuggggkkkk..." jerit Riska."Ommm Ahh..., matt.., maatt.., .ii... aku..."Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memek riska terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh memek riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan membisikan "Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan."

Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam memek riska dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memek riska maka penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi."Uhh..., aahh..., ugghh..., ooohh"."Hmm..., aumm..., aah..., uhh..., ooohh..., ehh". "Ooommm...,sakkkitt...... uuhh..., Ommm...,sakitttt........... ahh"."Sakit sekali............ Ommm..., auhh..., ohh...""Riska tahan ya sayang". Untuk menambah daya nikmat aku meminta riska menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan memeknya terhadap penisku semakin kuat.. Nyaman dan hangat sekali memeknya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat riska merasakan sakit pada memeknya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga riska menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir riska membut tubuh riska semakin menegang.

"Oooom...., ooohh..., aahh..., ugghh..., aku..., au..., mau..., ah..., ahh..., ah..., ah..., uh..., uhh", tubuh riska menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..!Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat. Riska telah mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya.
"Aaww..., ooww..., sshh..., aahh", desahnya lagi."Aawwuuww..., aahh..., sshh..., terus Ommm, terruuss..., oohh""Oohh..., ooww..., ooww..., uuhh..., aahh... ", rintihnya lemas menahan nikmat ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam memeknya dan menyentuh rahimmnya."Ahh..., ahh..., Oohh..." dan, "Crrtt..., crtr.., crt..., crtt", air maninya keluar."Uuhh... uuh... aduh.. aduh... aduhh.. uhh... terus.. terus.. cepat... cepat aduhhh..!"Sementara nafas saya seolah memburunya, "Ehh... ehhh... ehh..""Uhhh... uhhh.... aduh... aduh... cepat.. cepat Ommm... aduh..!" "Hehh.. eh... eh... ehhh..""Aachh... aku mau keluar... oohh... yes," dan... "Creeet... creeet... creeet...""Aaaoooww... sakit... ooohhh... yeeaah... terus... aaahhh... masukkin yang dalam Ommm ooohhh... aku mau keluar... terus... aahhh... enak benar, aku... nggak tahaaan... aaakkhhh..."

Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memeknya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Riska pun semakin lemas dan hanya pasrah memeknya aku sodok. Sementara itu ... aku dengarkan lirih ... suara riska menahan sakit karena ekanan penisku kedalam liang memeknya yang semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan.. "Terus.., Omm.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan... sedikit lagi.., ayo..!" kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu.., "Seerr..!" terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memek riska, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan.

Aku langsung memeluk riska dan membisikan "Kamu hebat sayang, apa kamu puas..?" diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memeknya sehingga sebagian cairan sperma yang aku tumpahkan di dalam memeknya keluar bersama darah keperawanannya, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memek riska kembali dan ini aku lakukan sampai sore hari dan memek riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya "Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi" riska pun menjelaskannya "bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya" bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan).

Mendengar cerita riska aku langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga. Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga.Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska sekarang telah berumur 14 tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen aku yang membuat riska tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, dan itu membuat aku senang karea telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-temen aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan sepupunya.

Untuk ABG yang mau ngesex dengan aku, aku tunggu emailnya. Dan untuk pembaca, sabar aja, aku akan menulis beberapa pengalamanku dengan para ABG di sekitar kompleks tempat tinggal aku diantaranya bersama Yani, Neni (kakak dan sepupu riska, Dini, Butet, Rhina, Mela, Nurul, dll.., dan adapula pengalaman ngesex dengan adik ipar kakaku.