Tampilkan postingan dengan label tetangga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tetangga. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 Juni 2013

Aku dipakai anak kost




Namaku Evita dan Suamiku Edo. Kami baru satu tahun melangsungkan perkimpoian, tapi belum ada pertanda aku hamil. Sudah kucoba berdua periksa siapa yang mandul cerita dewasa, tapi kata dokter semuanya subur dan baik-baik saja. Mungkin karena selama pacaran dulu kami sering ke Discotik, merokok dan sedikit mabuk. Itu kita lakukan setiap malam minggu selama tiga tahun, selama masa pacaran berlangsung.

Suamiku seorang sales yang hampir dua hari sekali pasti ke luar kota, bahkan kadang satu minggu di luar kota, karena rasa kasihannya terhadapku, maka dia berniat untuk menyekat rumahku untuk membuka tempat kost agar aku tidak merasa sendirian di rumah.

Mula-mula empat kamar tersebut kami kost-kan untuk cewek-cewek, ada yang mahasiswa ada pula yang karyawati. Aku sangat senang ada teman untuk ngobrol-ngobrol. Setiap suamiku pulang dari luar kota, pasti dibawakan oleh-oleh agar mereka tetap senang tinggal di rumah kami. Tetapi lama-kelamaan aku merasa makin tambah bising, setiap hari ada yang apel sampai larut malam, apalagi malam minggu, aduh bising sekali bahkan aku semakin iri pada mereka untuk kumpul bersama-sama satu keluarga. Begitu suamiku datang dari luar kota, aku menceritakan hal-hal yang tiap hari kualami, akhirnya kita putuskan untuk membubarkan tempat kost tersebut dengan alasan rumah mau kita jual. Akhirnya mereka pun pada pamitan pindah kost.

Bulan berikutnya kita sepakat untuk ganti warna dengan cara kontrak satu kamar langsung satu tahun khusus karyawan-karyawan dengan syarat satu kamar untuk satu orang jadi tidak terlalu pusing untuk memikirkan ramai atau pun pulang malam. Apalagi lokasi rumah kami di pinggir jalan jadi tetangga-tetangga pada cuek. Satu kamar diisi seorang bule berbadan gede, putih dan cakep. Untuk ukuran harga kamar kami langsung dikontan dua tahun dan ditambah biaya perawatan karena dia juga sering pulang malam.

Suatu hari suamiku datang dari luar kota, dia pulang membawa sebotol minuman impor dan obat penambah rangsangan untuk suami istri.
Suamiku bertanya, "Lho kok sepi-sepi aja, pada ke mana."
"Semua pada pulang karena liburan nasional, tapi yang bule nggak, karena perusahaannya ada sedikit lembur untuk mengejar target", balasku mesra.

Kemudian suamiku mengambil minumannya dan cerita-cerita santai di ruang tamu, "Nich sekali-kali kita reuni seperti di diskotik", kata suamiku, "Aku juga membawa obat kuat dan perangsang untuk pasangan suami istri, ntar kita coba ya.."
Sambil sedikit senyum, kujawab, "Kangen ya.. emang cuman kamu yang kangen.."
Lalu kamipun bercanda sambil nonton film porno.
"Nich minum dulu obatnya biar nanti seru.." kata suamiku.
Lalu kuminum dua butir, suamiku minum empat butir.
"Lho kok empat sih.. nanti over lho", kataku manja.
"Ach.. biar cepat reaksinya", balas suamiku sambil tertawa kecil.

Satu jam berlangsung ngobrol-ngobrol santai di ruang tamu sambil nonton film porno, kurasakan obat tadi langsung bereaksi. Aku cuma mengenakan baju putih tanpa BH dan CD. Kita berdua duduk di sofa sambil kaki kita diletakkan di atas meja. Kulihat suamiku mulai terangsang, dia mulai memegang lututku lalu meraba naik ke pahaku yang mulus, putih dan seksi. Buah dadaku yang masih montok dengan putingnya yang masih kecil dan merah diraihnya dan diremasnya dengan mesra, sambil menciumiku dengan lembut, perlahan-lahan suamiku membuka kancing bajuku satu persatu dan beberapa detik kemudian terbukalah semua pelapis tubuhku.

"Auh.." erangku, kuraba batang kemaluan suamiku lalu kumainkan dengan lidah, kukulum semuanya, semakin tegang dan besar. Dia pun lalu menjilat klitorisku dengan gemas, menggigit-gigit kecil hingga aku tambah terangsang dan penuh gairah, mungkin reaksi obat yang kuminum tadi. Liang kewanitaanku mulai basah, dan sudah tidak kuat aku menahannya. "Ach.. Mas masukin yuk.. cepat Mas.. udah pingin nich.." sambil mencari posisi yang tepat aku memasukkan batang kemaluannya pelan-pelan dan, "Blesss..", batang kemaluan suamiku masuk seakan membongkar liang surgaku. "Ach.. terus Mas.. aku kangen sekali..", dengan penuh gairah entah kenapa tiba-tiba aku seperti orang kesurupan, seperti kuda liar, mutar sana mutar sini. Begitu pula suamiku semakin cepat gesekannya. Kakiku diangkatnya ke atas dan dikangkangkan lebar-lebar.

Perasaanku aneh sekali, aku seakan-akan ingin sekali diperkosa beberapa orang, seakan-akan semua lubang yang aku punya ingin sekali dimasuki batang kemaluan orang lain. Seperti orang gila, goyang sana, goyang sini sambil membayangkan macam-macam. Ini berlangsung lama sekali dan kita bertahan seakan-akan tidak bisa keluar air mani. Sampai perih tapi asik sekali. Sampai akhirnya aku keluar terlebih dahulu, "Ach.. Mas aku keluar ya... udah nggak tahan nich.. aduh.. aduh.. adu..h.. keluar tiga kali Mas",, desahku mesra. "Aku juga ya.. ntar kamu agak pelan goyangnya.. ach.. aduh.. keluar nich.." Mani kental yang hangat banyak sekali masuk ke dalam liang kenikmatanku. Dan kini kita berada dalam posisi terbalik, aku yang di atas tapi masih bersatu dalam dekapan.

 
Kucabut liang kewanitaanku dari batang kemaluan suamiku terus kuoles-oleskan di mulut suamiku, dan suamiku menyedot semua mani yang ada di liang kewanitaanku sampai tetes terakhir. Kemudian kita saling berpelukan dan lemas, tanpa disadari suamiku tidur tengkurap di karpet ruang tamu tanpa busana apapun, aku pun juga terlelap di atas sofa panjang dengan kaki telentang, bahkan film porno pun lupa dimatikan tapi semuanya terkunci sepertinya aman.

Ketika subuh aku terbangun dan kaget, posisiku bugil tanpa sehelai benang pun tetapi aku telah pindah di kamar dalam, tetapi suamiku masih di ruang tamu. Akhirnya perlahan-lahan kupakai celana pendek dan kubangunkan suamiku. Akhirnya kami mandi berdua di kamar mandi dalam. Jam delapan pagi saya buatkan sarapan dan makan pagi bersama, ngobrol sebentar tentang permainan seks yang telah kami lakukan tadi malam. Tapi aku tidak bertanya tentang kepindahan posisi tidurku di dalam kamar, tapi aku masih bertanya-tanya kenapa kok aku bisa pindah ke dalam sendirian.

Sesudah itu suamiku mengajakku mengulangi permaina seks seperti semalam, mungkin pengaruh obatnya belum juga hilang. Aku pun disuruhnya minum lagi tapi aku cuma mau minum satu kapsul saja. Belum juga terasa obat yang kuminum, tiba-tiba teman suamiku datang menghampiri karena ada tugas mendadak ke luar kota yang tidak bisa ditunda. Yah.. dengan terpaksa suamiku pergi lagi dengan sebuah pesan kalau obatnya sudah bereaksi kamu harus tidur, dan aku pun menjawabnya dengan ramah dan dengan perasaan sayang. Maka pergilah suamiku dengan perasaan puas setelah bercinta semalaman.

Dengan daster putih aku kembali membenahi ruang makan, dapur dan kamar-kamar kost aku bersihkan. Tapi kaget sekali waktu membersihkan kamar terakhir kost-ku yang bersebelahan dengan kamar tidurku, ternyata si bule itu tidur pulas tanpa busana sedikit pun sehingga kelihatan sekali batang kemaluan si bule yang sebesar tanganku. Tapi aku harus mengambil sprei dan sarung bantal yang tergeletak kotor yang akan kucuci.

Dengan sangat perlahan aku mengambil cucian di dekat si bule sambil melihat batang kemaluan yang belum pernah kulihat secara dekat. Ternyata benar seperti di film-film porno bahwa batang kemaluan bule memang besar dan panjang. Sambil menelan ludah karena sangatlah keheranan, aku mengambil cucian itu.

Tiba-tiba si bule itu bangun dan terkejut seketika ketika melihat aku ada di kamarnya. Langsung aku seakan-akan tidak tahu harus berkata apa.
"Maaf tuan saya mau mengambil cucian yang kotor", kataku dengan sedikit gugup.
"Suamimu sudah berangkat lagi?" jawabnya dengan pelan dan pasti. Dengan pertanyaan seperti itu aku sangat kaget. Dan kujawab, "Kenapa?".
Sambil mengambil bantal yang ditutupkan di bagian vitalnya, si bule itu berkata, "Sebelumnya aku minta maaf karena tadi malam aku sangat lancang. Aku datang jam dua malam, aku lihat suamimu tidur telanjang di karpet ruang tamu, dan kamu pun tidur telanjang di sofa ruang tamu, dengan sangat penuh nafsu aku telah melihat liang kewanitaanmu yang kecil dan merah muda, maka aku langsung memindahkan kamu ke kamar, tapi tiba-tiba timbul gairahku untuk mencoba kamu. Mula-mula aku hanya menjilati liang kewanitaanmu yang penuh sperma kering dengan bau khas sperma lelaki. Akhirnya batang kemaluanku terasa tegang sekali dan nafsuku memuncak, maka dengan beraninya aku meniduri kamu."

Dengan rasa kaget aku mau marah tapi memang posisi yang salah memang diriku sendiri, dan kini terjawablah sudah pertanyaan dalam benakku kenapa aku bisa pindah ke ruang kamar tidurku dan kenapa liang kewanitaanku terasa agak sakit
"Trus saya.. kamu apain", tanyaku dengan sedikit penasaran
"Kutidurin kamu dengan penuh nafsu, sampai mani yang keluar pertama kutumpahkan di perut kamu, dan kutancapkan lagi batanganku ke liang kewanitaanmu sampai kira-kira setengah jam keluar lagi dan kukeluarkan di dalam liang kewanitaanmu", jawab si bule.
"Oic.. bahaya nich, ntar kalo hamil gimana nich", tanyaku cemas.
"Ya.. nggak pa-pa dong", jawab si bule sambil menggandengku, mendekapku dan menciumku.

Kemudian dipeluknya tubuhku dalam pangkuannya sehingga sangat terasa batang kemaluannya yang besar menempel di liang kewanitaanku. "Ach.. jangan dong.. aku masih capek semalaman", kataku tapi tetap saja dia meneruskan niatnya, aku ditidurkan di pinggir kasurnya dan diangkat kakiku hingga terlihat liang kewanitaanku yang mungil, dan dia pun mulai manjilati liang kewanitaanku dengan penuh gairah. Aku pun sudah mulai bernafsu karena pengaruh obat yang telah aku minum sewaktu ada suamiku.

"Auh.. Jhon.. good.. teruskan Jhon.. auh". Satu buah jari terasa dimasukkan dan diputar-putar, keluar masuk, goyang kanan goyang kiri, terus jadi dua jari yang masuk, ditarik, didorong di liang kewanitaanku. Akhirnya basah juga aku, karena masih penasaran Jhon memasukkan tiga jari ke liang kewanitaanku sedangkan jari-jari tangan kirinya membantu membuka bibir surgaku. Dengan nafsunya jari ke empatnya dimasukkan pula, aku mengeliat enak. Diputar-putar hingga bibir kewanitaanku menjadi lebar dan licin. Nafsuku memuncak sewaktu jari terakhir dimasukkan pula.

"Aduh.. sakit Jhon.. jangan Jhon.. ntar sobek.. Jhon.. jangan Jhon", desahku sambil mengeliat dan menolak perbuatannya, aku berusaha berdiri tapi tidak bisa karena tangan kirinya memegangi kaki kiriku. Dan akhirnya, "Blesss.." masuk semua satu telapak tangan kanan Jhon ke dalam liang kewanitaanku, aku menjerit keras tapi Jhon tidak memperdulikan jeritanku, tangan kirinya meremas payudaraku yang montok hingga rasa sakitnya hilang. Akhirnya si bule itu tambah menggila, didorong, tarik, digoyang kanan kiri dengan jari-jarinya menggelitik daging-daging di dalamnya, dia memutar posisi jadi enam sembilan, dia menyumbat mulutku dengan batang kemaluannya hingga aku mendapatkan kenikmatan yang selama ini sangat kuharapkan.

"Auch.. Jhon punyamu terlalu panjang hingga masuk di tenggorokanku.. pelan-pelan aja", ucapku tapi dia masih bernafsu. Tangannya masih memainkan liang kewanitaanku, jari-jarinya mengelitik di dalamnya hingga rasanya geli, enak dan agak sakit karena bulu-bulu tangannya menggesek-gesek bibir kewanitaanku yang lembut. Ini berlangsung lama sampai akhirnya aku keluar.
"Jhon.. aku nggak tahan.. auch.. aouh.. aku keluar Jhon auch, aug.. keluar lagi Jhon.." desahku nikmat menahan orgasme yang kurasakan.
"Aku juga mau keluar.. auh.." balasnya sambil mendesah.

 
Kemudian tangannya ditarik dari dalam liang kewanitaanku dan dia memutar berdiri di tepi kasur dan menarik kepalaku untuk mengulum kemaluannya yang besar. Dengan sangat kaget dan merasa takut, kulihat di depan pintu kamar ternyata suamiku datang lagi, sepertinya suamiku tidak jadi pergi dan melihat peristiwa itu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, kupikir sudah ketahuan, telanjur basah, aku takut kalau aku berhenti lalu si bule tahu dan akhirnya bertengkar, tapi aku pura-pura tidak ada sesuatu hal pun, si bule tetap kukulum sambil melirik suamiku, takut kalau dia marah.

Tapi ternyata malah suamiku melepas celana dan mendekati kami berdua yang sudah tengang sekali, mungkin sudah menyaksikan kejadian ini sejak tadi. Dan akhirnya si bule kaget sekali, wajahnya pucat dan kelihatan grogi, lalu melepas alat vitalnya dari mulutku dan agak mudur sedikit. Tapi suamiku berkata, "Terusin aja nggak pa-pa kok, aku sayang sama istriku.. kalau istriku suka begini.. ya terpaksa aku juga suka.. ayo kita main bareng". Akhirnya semua pada tersenyum merdeka, dan tanpa rasa takut sedikit pun akhirnya si bule disuruh tidur telentang, aku tidur di atas tubuh si bule, dan suamiku memasukkan alat vitalnya di anusku, yang sama sekali belum pernah kulakukan. Dengan penuh nafsu suamiku langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam anusku. Karena kesulitan akhirnya dia menarik sedikit tubuhku hingga batang kemaluan si bule yang sudah masuk ke liang kewanitaanku terlepas, suamiku buru-buru memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku yang sudah basah, di goyang beberapa kali akhirnya ikut basah, dan dicopot lagi dan dimasukkan ke anusku dan.. "Blesss..", batang kemaluan suamiku menembus mulus anusku. "Aduh.. pelan-palan Mas..", seruku.

Kira-kira hampir setengah jam posisi seperti ini berlangsung dan akhirnya suamiku keluar duluan, duburku terasa hangat kena cairan mani suamiku, dia menggerang keenakan sambil tergeletak melihatku masih menempel ketat di atas tubuh si bule. Akhirnya si bule pun pindah atas dan memompaku lebih cepat dan aku pun mengerang keenakan dan sedikit sakit karena mentok, kupegang batang kemaluan si bule yang keluar masuk liang kewanitaanku, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku. Suamiku pun ikut tercengang melihat batang kemaluan si bule yang besar, merah dan panjang. Aku pun terus mengerang keasyikan, "Auh.. auh.. terus Jhon.. auh, keluarin ya Jhon.."

Akhirnya si bule pun keluar, "Auch.. keluar nich.." ucapnya sambil menarik batang kemaluannya dari liang kewanitaanku dan dimasukkan ke mulutku dan menyembur juga lahar kental yang panas, kutelan sedikit demi sedikit mani asin orang bule. Suamiku pun ikut menciumku dengan sedikit menjilat mani orang asing itu. Kedua lelaki itu akhirnya tersenyum kecil lalu pergi mandi dan tidur siang dengan puas. Sesudah itu aku menceritakan peristiwa awalnya dan minta maaf, sekaligus minta ijin bila suatu saat aku ingin sekali bersetubuh dengan si bule boleh atau tidak. "Kalau kamu mau dan senang, ya nggak apa-apa asal kamu jangan sampai disakiti olehnya". Sejak saat itupun bila aku ditinggal suamiku, aku tidak pernah merasa kesepian. Dan selalu dikerjain oleh si bule.

Rabu, 15 Mei 2013

Anak Tetanggga Yang Mengairahkan



Aku seorang jual film dewasa pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota DKI, nama aku Iwan. Aku berumur 30 tahun dengan tinggi badan 170 cm serta berat badan 65 kg dan kata cewek-cewek sih, aku memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan lima hari kerja yaitu setiap hari senin sampai Jumat, sehingga setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah yang merupakan salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu
aku selalu mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah porno, dan menonton film pornoh yang aku sewa di salah satu rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu berlangsung selama berbulan-bulan.

Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah aku melihat Riska anak tetangga aku yang masih duduk di kelas 1 SMP yang kira-kira berumur 12 tahun dan aku sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti memeknya belum ditumbuhi bulu-bulu halus.

Aku cerita dewasa sering melihat riska kesekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat kerja atau pada sore hari sepulang kerja di saat ia sedang jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari riska mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda.

Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan riska setiap usai bekerja namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini setiap akan berjalan-jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya (Yani yang sedang kuliah smst 2 dan Neni yang duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap sore.

Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu menunggu riska untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena riska hanya sendiri saja berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat. Dengan sangat nernafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideker didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh riska dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja.

Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh riska dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya "Duduk sendirian nih boleh aku temanin," dengan terkejut riska mambalikan wajahnya dan berkata "eh...... boooboleh." Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada riska "Biasanya bertiga, temennya mana..?", dengan terbata-bata riska berkata "Gi.. gini om, mereka i.. itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku." aku langsung malu sekali dan kerkata "Sorry." kemudia riska menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM.

 
Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah posisi. Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan riskapun tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran
dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat riska kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank topnya. Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan riska yang membuat tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan-lahan menyusup kebukit kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata "Terusss.. nikmattttt.. Ommmm........... ahh.. ahhhh...." Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata riska memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD.

Lima menit cerita dewasa berlalu terdengar suara riska "Ahh.. terusss Om... terusss.. nikmattttt.. ahh.. ahhhh..." hanya kalimat itu yang keluar dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam memeknya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin
menggencagkan seranganku dengan mengocok memeknya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Riska.
"Ouuhhh.. Ommmm.. terus.. ahhh.. ahhhhhhhhh.. ahhhhhhhhhhhhhh.." riska mengalami orgasme untuk yang pertama kali.Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga riska "Udah dulu ya.." dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata "Kapan-kapan kita lanjutkan lagi," ia langsut menyahut "Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat memek aku udah basah.." sambil ia memegang memeknya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang
pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya. Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa, yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut.Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan riska namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset tersebut. Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Riska, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang membuat riska terkejut.
Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia "Lo riska ngak kesekolah nih?" dengan malu-malu riska menjawab "Ujan om.." aku langsung bertannya lagi "Ngak apa-apa terlambat.""Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi." riska menjawab dan aku langsung bertannya "Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?". "Ia om", riska menjawab dan dalam hati
aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu-tunggu dan aku langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang samar-samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan.

Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat riska menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang, karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut. Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata riska tidak kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok memeknya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan mengocok memek dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati riska dari belakang.

Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget dan buru-buru melepaskan tangannya dari memek dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi "Teruskan saja, aku akan membantumu." kemudian aku duduk dibelakang riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa riska menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan. Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher putih riska, tangan kananku membuka kancing baju riska satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu. Riska sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan riska kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok
riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan.
Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat riska makin terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras.

"Ahhhhh terussssssss Omm........ terusssssss.... nikmattttttt..... ahh.... ahhhhhhhhhhh....... isap terus Om.. Ahhhh........ mhhhhhhhh. Omm..."Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan-lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan."Ahh ugggh.... uuhh.... agh.... uhh.... aahh", Mendengar desahan riska aku makin tambah bernafsu untuk mencium
memeknya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memeknya terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga
jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam memek riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran memeknya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga memek anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam memeknya, itupun dengan susah payah karena sempitnya memek riska. Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat riska mendesah."Auuuuuggggkkkk..." jerit Riska cerita dewasa.
"Ah... tekan Omm.. enaaaakkkkk...terusssss Ommm..." Sampai beberapa menit kemudia riska mendesah dengan panjang."Ahh ugggh..., uuhh..., agh..., uhh..., aahh", yang membuat riska terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari memeknya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan cintannya.

 
Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan.
Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya. Dengan melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan memeknya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya, dan akupun mengisap memeknya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang riska kenakan berada di ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku."Aduh, Ommm...! Pelan-pelan dong..!" katanya sambil mendesis kesakitan Riska menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus menjilati bibir memeknya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memeknya dengan cepat yang membuat riska mendesah dengan panjang. "Uhh..., aahh..., ugghh..., ooohh"."Hmm..., aumm..., aah..., uhh..., ooohh..., ehh"."Oooom..., uuhh..." Riska menggeliat-geliat liar sambil memegangi pinggir sofa."Ahhh... mhhh... Omm..." demikian desahannya. Aku terus beroperasi dimemeknya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam memeknya, membuat Riska tersentak dan memekik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memeknya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan menggeliat.

Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan riska begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi riska masih malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20 cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata riska melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut riska dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan pelan-pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap-hisapnya sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara itu. Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit
kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi. Kemudian aku menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang itu yang membuat bukit kembar riska semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah.

Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong riska (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan riska yang membuat memeknya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin,"Ini dia saatnya... lo bakal habis,riska..!" mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian permukaan memek riska.

"Aduhhhhhh Omm.. aughhhhghhhhh... ghhh... sakit Omm..." jerit Riska dan terlihat riska menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya memek riska walaupun telah basah oleh lendirnya. Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus "gawang" keperawanan riska sambil teriring suara jeritan kecil.
"Oooooohhhhgfg..... sa... kiiiit.... Sekkkallliii.... Ommmmm....", dan aku maju mundurkan penis aku kedalam memek
riska "Bless, jeb..!" jeb! jeb! "Uuh..., uh..., uh..., uuuh...", ia mengerang."Auuuuuggggkkkk..." jerit Riska."Ommm Ahh..., matt.., maatt.., .ii... aku..."Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memek riska terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh memek riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan membisikan "Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan."

Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam memek riska dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memek riska maka penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi."Uhh..., aahh..., ugghh..., ooohh"."Hmm..., aumm..., aah..., uhh..., ooohh..., ehh". "Ooommm...,sakkkitt...... uuhh..., Ommm...,sakitttt........... ahh"."Sakit sekali............ Ommm..., auhh..., ohh...""Riska tahan ya sayang". Untuk menambah daya nikmat aku meminta riska menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan memeknya terhadap penisku semakin kuat.. Nyaman dan hangat sekali memeknya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat riska merasakan sakit pada memeknya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga riska menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir riska membut tubuh riska semakin menegang.

"Oooom...., ooohh..., aahh..., ugghh..., aku..., au..., mau..., ah..., ahh..., ah..., ah..., uh..., uhh", tubuh riska menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..!Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat. Riska telah mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya.
"Aaww..., ooww..., sshh..., aahh", desahnya lagi."Aawwuuww..., aahh..., sshh..., terus Ommm, terruuss..., oohh""Oohh..., ooww..., ooww..., uuhh..., aahh... ", rintihnya lemas menahan nikmat ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam memeknya dan menyentuh rahimmnya."Ahh..., ahh..., Oohh..." dan, "Crrtt..., crtr.., crt..., crtt", air maninya keluar."Uuhh... uuh... aduh.. aduh... aduhh.. uhh... terus.. terus.. cepat... cepat aduhhh..!"Sementara nafas saya seolah memburunya, "Ehh... ehhh... ehh..""Uhhh... uhhh.... aduh... aduh... cepat.. cepat Ommm... aduh..!" "Hehh.. eh... eh... ehhh..""Aachh... aku mau keluar... oohh... yes," dan... "Creeet... creeet... creeet...""Aaaoooww... sakit... ooohhh... yeeaah... terus... aaahhh... masukkin yang dalam Ommm ooohhh... aku mau keluar... terus... aahhh... enak benar, aku... nggak tahaaan... aaakkhhh..."

Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memeknya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Riska pun semakin lemas dan hanya pasrah memeknya aku sodok. Sementara itu ... aku dengarkan lirih ... suara riska menahan sakit karena ekanan penisku kedalam liang memeknya yang semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan.. "Terus.., Omm.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan... sedikit lagi.., ayo..!" kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu.., "Seerr..!" terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memek riska, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan.

Aku langsung memeluk riska dan membisikan "Kamu hebat sayang, apa kamu puas..?" diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memeknya sehingga sebagian cairan sperma yang aku tumpahkan di dalam memeknya keluar bersama darah keperawanannya, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memek riska kembali dan ini aku lakukan sampai sore hari dan memek riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya "Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi" riska pun menjelaskannya "bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya" bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan).

Mendengar cerita riska aku langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga. Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga.Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska sekarang telah berumur 14 tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen aku yang membuat riska tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, dan itu membuat aku senang karea telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-temen aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan sepupunya.

Untuk ABG yang mau ngesex dengan aku, aku tunggu emailnya. Dan untuk pembaca, sabar aja, aku akan menulis beberapa pengalamanku dengan para ABG di sekitar kompleks tempat tinggal aku diantaranya bersama Yani, Neni (kakak dan sepupu riska, Dini, Butet, Rhina, Mela, Nurul, dll.., dan adapula pengalaman ngesex dengan adik ipar kakaku.

Selasa, 14 Mei 2013

Anak SMU di desa



Aku tinggal di Cirebon tapi tempat kerjaku di dekat Indramayu jual film dewasa yang berjarak sekitar 45 Km dan kutempuh dengan kendaraan kantor (nyupir sendiri) sekitar 1 jam. Bagi yang tahu daerah ini, pasti akan tahu jalan mana yang kutempuh. Setiap pagi kira-kira jam 06.30 aku sudah meninggalkan rumah melewati route jalan yang sama (cuma satu-satunya yang terdekat) untuk berangkat ke kantor. Pagi hari di daerah ini, seperti biasa terlihat pemandangan anak-anak sekolah entah itu anak SD, SMP ataupun SMU, berjajar di beberapa tempat di sepanjang jalan yang kulalui sambil menunggu angkutan umum yang akan mereka naiki untuk ke sekolah mereka masing-masing. Karena angkutan umum sangat terbatas, biasanya mereka melambai-lambaikan tangannya dan mencoba menyetop kendaraan yang lewat untuk mendapatkan tumpangan. Kadang-kadang ada juga kendaraan truk ataupun pick-up yang berhenti dan berbaik hati memberikan tumpangan, sedangkan kendaraan lainnya jarang mau berhenti, karena yang melambai-lambaikan tangannya berkelompok dan berjumlah puluhan.

Suatu hari Senin di bulan Oktober 98, cerita dewasa aku keluar dari rumah agak terlambat yaitu jam 06.45 pagi. Kuperhatikan anak-anak sekolah yang biasanya ramai di sepanjang jalan itu mulai agak sepi, mungkin mereka sudah mendapatkan kendaraan ke sekolahnya masing-masing. Saat perjalananku mencapai ujung desa Bedulan (tempat ini pasti dikenal oleh semua orang karena sering terjadi tawuran antar desa sampai saat ini), kulihat ada seorang anak sekolah perempuan yang melambai-lambaikan tangannya.
Setelah kulihat di belakangku tidak ada kendaraan lain, aku mengambil kesimpulan kalau anak sekolah itu berusaha mendapatkan tumpangan dariku dan karena dia seorang diri di sekitar situ maka segera kuhentikan kendaraanku serta kubuka kacanya sambil kutanyakan, "Mau ke mana dik?". Kulihat anak sekolah itu agak cemas dan segera menjawab pertanyaanku, "Pak boleh saya ikut sampai di SMA-------- (edited by Yuri)", dari tadi kendaraan umum penuh terus dan saya takut terlambat?, dengan wajah yang penuh harap. "Yaa..., OK lah.., naik cepat", kataku. "Terima kasih paak", katanya sambil membuka pintu mobilku.

Jarak dari sini sampai di sekolahnya kira-kira 10 Km dan selama perjalanan kuselingi dengan pertanyaan-pertanyaan ringan, sehingga aku tahu kalau dia itu duduk di kelas 3 SMU di------dan bernama War (edited by Yuri). Tinggi badannya kira-kira 155 cm, warna kulitnya bisa dibilang agak hitam bersih dan tidak cantik tapi manis dan menarik untuk dilihat, entah apanya yang menarik, mungkin karena matanya agak sayu.

Tidak terlalu lama, toket gede (toge)kendaraanku sudah sampai di daerah-------dan War segera memberikan aba-aba. "Ooom..., sekolah saya ada di depan itu", katanya sambil jarinya menunjuk satu arah di kanan jalan. Kuhentikan kendaraanku di depan sekolahnya dan sambil menyalamiku War mengucapkan terima kasih. Sambil turun dari mobil, War masih sempat bertanya, "Oom..., besok pagi saya boleh ikut lagi.., nggak Oom, lumayan Oom..., bisa naik mobil bagus ke sekolah dan sekalian menghemat ongkos.., boleh yaa.. Oom?". Aku tidak segera menjawab pertanyaan itu, tapi kupandangi wajahnya, lalu kujawab, "Boleh boleh saja War ikut Oom, tapi jangan bergerombol ikutnya yaa".
"Enggak deh Oom, saya cuma sendiri saja kok selama ini".

Setiap pagi sewaktu aku mencapai desa itu, War sudah ada di pinggir jalan dan melambaikan tangannya untuk menghentikan mobilku. Dalam setiap perjalanan dia makin lama makin banyak bercerita soal keluarganya, kehidupannya di desa, teman-teman sekolahnya dan dia juga sudah punya pacar di sekolahnya. Ketika kutanya apakah pacarnya tidak marah kalau setiap hari naik mobil orang, War bilang tidak apa-apa tapi tanpa ada penjelasan apapun, sepertinya dia enggan menceritakan lebih jauh soal pacarnya. War juga cerita bahwa selama ini dia tidak pernah kemana-mana, kecuali pernah dua kali di ajak pacarnya piknik ke daerah wisata di Kuningan.

Seminggu kemudian di hari Jum'at, waktu War akan naik di mobilku kulihat wajahnya sedih dan matanya bengkak seperti habis menangis dan War duduk tanpa banyak bicara.
Karena penasaran, kusapa dia, "War, habis nangis yaa..., kenapa..? coba War ceritakan.., siapa tahu Oom bisa membantu". War tetap membisu dan sedikit gelisah. Lama dia diam saja dan aku juga tidak mau mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan, tetapi kemudian dia berkata, "Oom, saya habis ribut dengan Bapak dan Ibu", lalu dia diam lagi.
"Kalau War percaya pada Oom, tolong coba ceritakan masalahnya apa, siapa tahu Oom bisa membantu", kataku tetapi War saja tetap membisu.
Ketika mobilku sudah mendekati sekolahnya, tiba-tiba War berkata, "Oom..., boleh nggak War minta waktu sedikit buat bicara di sini, mumpung masih belum sampai di sekolah". Mendengar permintaannya itu, segera saja kuhentikan mobilku di pinggir jalan dan kira-kira jaraknya masih 2 Km dari sekolahnya.

"Ada apa War...?", Kataku. War tetap diam dan sepertinya ada keraguan untuk memulai berbicara.
"Ayoo..., lah War (sebenarnya pengarang penuliskan tiga harus terakhir dari namanya, tapi terpaksa oleh Yuri diganti jadi 3 huruf terdepan), jangan takut atau ragu..., ada apa sebenarnya", tanyaku lagi.
"Begini..., Oom, kata War", lalu dia menceritakan bahwa tadi malam dia minta uang kepada orang tuanya untuk membayar uang sekolahnya yang sudah tiga bulan belum dibayar dan hari ini adalah hari terakhir dia harus membayar, karena kalau tidak dia tidak boleh mengikuti ulangan. Orang tuanya ternyata tidak mempunyai uang sama sekali, padahal uang sekolah yang harus dibayar itu sebesar 80 ribu rupiah. Alasan orang tuanya karena panen padi yang diharapkan telah punah karena hujan yang terus menerus. Dan katanya lagi orang tuanya menyuruh dia berhenti sekolah karena tidak mampu lagi untuk membayar uang sekolah dan mau dikimpoikan dengan tetangganya.

Aku tetap diam untuk mendengarkan ceritanya sampai selesai dan karena War juga terus diam, lalu kutanya, "Teruskan ceritamu sampai selesai War". Dia tidak segera menjawab tapi yang kulihat airmatanya terlihat menggenang dan sambil mengusap air matanya dia berkata, "Oom, sebetulnya masih banyak yang ingin War ceritakan, tapi saya takut nanti Oom terlambat ke kantornya dan War juga harus ke sekolah, serta lanjutnya lagi..., kalau Oom ada waktu dan tidak keberatan, saya ingin pergi dengan Oom supaya saya bisa menceritakan semua masalah pribadi saya". Setelah diam sejenak, lalu War berkata lagi, "Oom, kalau ada dan tidak keberatan, saya mau pinjam uang Oom 80 ribu untuk membayar uang sekolah dan saya janji akan mengembalikan setelah saya dapat dari orang tua saya".

Mendengar cerita War walaupun belum seluruhnya, hatiku terasa tersayat dan segera kurogoh dompetku dan kuambilkan uang 200 ribu dan segera kuberikan padanya.
"Lho Oom, kok banyak benar..., saya takut tidak dapat mengembalikannya", katanya sambil menarik tangannya sebelum uang dari tanganku dipegangnya.
"War.., ambillah..., nggak apa-apa kok, sisanya boleh kamu belikan buku-buku atau apa saja..., saya yakin War membutuhkannya", dan segera kupegang tangannya sambil meletakkan uang itu ditangannya dan sambil kukatakan, "War.., ini nggak usah kamu beritahukan kepada siapa-siapa, juga jangan kepada orang tuamu..., dan War nggak perlu mengembalikannya".

Belum selesai kata-kataku, tiba-tiba saja dari tempat duduknya dia maju dan mencium pipi kiriku sambil berkata, "Terima kasih banyak Oom.., Oom.. sudah banyak menolong saya". Aku jadi sangat terkesiap dan berdebar, bukan karena mendapat ciuman di pipiku, tapi karena tangan kiriku tersentuh buah dadanya yang terasa sangat empuk sehingga tidak terasa penisku menjadi tegang dan sementara War masih mencium pipiku, kugunakan tangan kananku untuk membelai rambutnya dan kucium hidungnya.
"Ayoo..., War..., sudah lama kita di sini, nanti kamu terlambat sekolahnya".
War tidak menjawab tapi kulihat dikedua matanya masih tergenang air matanya. Ketika sudah sampai di depan sekolahnya sambil membuka pintu mobil, War berkata, "Oom.., terima kasih yaa.. Ooom dan kapan Oom ada waktu untuk mendengar cerita War".
"Kalau besok gimana..?, kataku.
"Boleh.., oom", jawabnya cepat.
"Lho..., besok kan masih hari Sabtu dan War kan harus sekolah", jawabku.
"Sekali-kali mbolos kan nggak apa apa Oom..., hari Sabtu kan pelajarannya tidak begitu padat dan kurang penting", kata War.
"Oklah..., kalau begitu..., War, kita ketemu besok pagi ditempat biasa kamu menunggu".
Dalam perjalanan ke kantor setelah War turun, masalah War terasa mengganggu pikiranku sehingga tidak terasa aku sudah sampai di kantor. Sebelum pulang kantor, aku izin untuk tidak masuk besok Sabtu pada Bossku dengan alasan akan mengurus persoalan keluarga di Kuningan. Demikian juga waktu malamnya kukatakan pada istriku kalau aku harus ke Jakarta untuk urusan kantor dan kalau selesainya telat terpaksa harus menginap dan pulang pada hari Minggu.

Besok paginya dengan berbekal 1 stel pakaian yang telah disiapkan oleh Istriku, aku berangkat dan sampai di tempat yang biasa, kulihat War tetap memakai baju seragam sekolahnya. Setelah dia naik ke mobil, kembali kulihat matanya tetap seperti habis menangis.
Lalu kutanya, "War..., habis perang lagi yaa?, soal apa lagi?".
"Oom, ceritanya nanti saja deh", katanya agak malas.
"Kita mau kemana Oom?", Tanyanya.
"Lho..., terserah War saja.., Oom sih ikut saja".
"Oom..., saya kepingin ke tempat yang agak sepi dan nggak ada orang lain..., jadi kalau-kalau War nangis, nggak ada yang melihatnya kecuali Oom".
Sambil memutar mobilku kembali ke arah Cirebon, aku berpikir sejenak mau ke tempat mana yang sesuai dengan permintaan War, dan segera teringat kalau di pinggiran kota Cirebon yang ke arah Kuningan ada sebuah lapangan Golf dan Cottage CPN.
Segera saja kukatakan padanya, "War... Tempat yang sesuai dengan keinginanmu itu kayaknya agak susah, tapi..., bagaimana kalau kita ke CPN saja..?".
"Dimana itu Oom dan tempat apaan?",tanya War.
Aku jadi agak susah menjelaskannya, tapi kujawab saja, "Tempatnya sih nggak jauh yaitu sedikit di luar Cirebon dan..., begini saja deh.., War.., kita ke sana dulu dan kalau War kurang setuju dengan tempatnya, kita cari tempat lain lagi".


Setelah sampai di tempat dan mendaftar di receptionist serta memesan minuman ringan serta mengambil kunci kamarnya, segera aku kembali ke mobil dan kutanyakan pada War--"gimana War.., kamu mau disini..?, lihat saja tempatnya sepi (maklum saja masih pagi-pagi. Receptionistnya saja seperti terheran-heran, sepertinya berfikir kok ada tamu pagi-pagi sekali dan nomor mobilnya bukan dari luar kota).

Setelah mobil kuparkir di depan kamar, sebelum turun kutanya dia kembali, "War..., gimana.., mau di sini? atau mau cari tempat lain?". War tidak segera menjawab pertanyaanku, tapi dia ikut turun dari mobil dan mengikutiku ke arah pintu kamar motel. Segera setelah sampai di dalam, dia langsung duduk di tempat tidur sambil memperhatikan seluruh ruangan. Karena kulihat dia tetap diam saja, aku jadi merasa tidak enak dan segera kudekati dia yang masih tetap duduk di pinggiran tempat tidur dan sambil agak berlutut, kucium keningnya beberapa saat dan tiba-tiba saja War memelukku dan terdengar tangisan lirih sambil terisak-isak. Sambil masih memelukku, kuangkat berdiri dari duduknya dan kuelus-elus rambutnya, sambil kucium pipinya serta kukatakan, "War coba tenangkan dirimu dan ceritakan semua masalah mu pada Oom..., siapa tahu Oom bisa membantumu dalam memecahkan masalahmu itu". War masih saja memelukku tapi senggukan tangisnya mulai mereda. Beberapa saat kemudian kubimbing dia ke arah tempat tidur dan perlahan kutelentangkan War di tempat tidur dan kurangkulkan tangan kiriku di bahunya dan kupandangi wajahnya, sambil kukatakan, "War cobalah ceritakan masalahmu itu dan biar Oom bisa mengetahui permasalahanmu itu".

War tetap diam saja dan memejamkan matanya, tapi tak lama kemudian, sambil menyeka air matanya dia membuka matanya dan memandang ke arahku yang jaraknya antara wajahnya dan wajahku sangat dekat sekali.
"Oom...", katanya seperti akan memulai bercerita, tapi lalu dia diam lagi. "War...", kataku sambil kucium pipinya dan kuusap-usapkan jari tangan kananku di rambutnya, "cerita lah".

Lalu War mulai bercerita dan dia menceritakan secara panjang lebar soal kehidupan keluarganya yang miskin, dia anak pertama dari 3 bersaudara, tentang pacarnya di sekolah tapi lain kelas yang sudah 2 tahun pacaran dan sekarang sudah meninggalkan dia karena mendapatkan pacar baru di kelasnya dan dia juga menceritakan kalau orang tuanya sudah menjodohkan dengan tetangganya yang sudah punya istri dan anak, tapi kaya dan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah War dan dia harus segera berhenti dari sekolahnya karena akan dikimpoikan pada bulan Maret akan datang. War katanya kepingin sekolah dulu dan belum pingin kimpoi, apalagi kimpoi dengan orang yang sudah punya Istri dan anak. War punya keinginan mau lari dari rumahnya, tapi tidak tahu mau ke mana. War juga menceritakan bahwa sebetulnya dia masih cinta kepada kawan sekolahnya itu, apalagi dia sudah telanjur pernah tidur bersama sewaktu piknik ke Kuningan dulu, walaupun katanya dia tidak yakin kalau punya pacarnya itu sudah masuk ke vaginanya apa belum, karena belum apa-apa sudah keluar katanya.

"Jadi..., gimana.., Oom.., apa yang harus saya perbuat dengan masalah ini, katanya setelah menyelesaikan ceritanya.
"War", kataku sambil kembali kuelus-elus rambutnya dan kucium pipinya di dekat bibirnya.
"War..., masalahmu kok begitu rumit, terutama persoalan lamaran tetanggamu itu. Begini saja War..., sebaiknya kamu minta kepada orangtuamu untuk menunda perkimpoian itu sampai kamu selesai sekolah. Bilang saja..., kalau ujian SMA-mu hanya tinggal beberapa bulan lagi".
"Katakan lagi..., sayang kalau biaya yang telah dikeluarkan selama hampir tiga tahun di SMA harus hilang percuma tanpa mendapatkan Ijasah. War..., sewaktu kamu mengatakan ini semua, jangan pakai emosi, katakan dengan lemah lembut, mudah-mudahan saja orang tuamu mau mengerti dan mengundurkan perjodohanmu dengan tetanggamu itu".
"Kalau orang tuamu setuju, jadi kamu bisa konsentrasi untuk menyelesaikan sekolahmu dan yang lainnya bisa dipikirkan kemudian".
Setelah selesai memberikan saran ini, lalu kembali kucium pipinya seraya kutanya..., "War..., bagaimana pendapatmu dengan saran Oom ini?".
Seraya saja War bangkit dari tidurnya dan memelukku erat-erat sambil menciumi pipiku dan berkata, "Ooom..., terima kasih.., atas saran Oom ini..., belum terpikir oleh saya sebelumnya hal ini..., Oom sangat baik terhadap War entah bagaimana caranya saya membalas kebaikan Oom", dan terasa air matanya menetes di pipiku.

Setelah diam sesaat, kembali kurebahkan badan War telentang dan kulihat dari matanya yang tertutup itu sisa air matanya dan segera kucium kedua matanya dan sedikit demi sedikit cimmanku kuturunkan ke hidungnya dan terus turun ke pipi kirinya, setelah itu kugeser ciumanku mendekati bibirnya. Karena War masih tetap diam dan tidak menolak, keberanianku semakin bertambah dan secara perlahan-lahan kugeser ciumanku ke arah bibirnya, dan tiba-tiba saja War menerkam dan memelukku serta mencari bibirku dengan matanya yang masih tertutup. Aku berciuman cukup lama dan sesekali lidahku kujulurkan ke dalam mulutnya dan War mengisapnya. Sambil tetap berciuman, kurebahkan badannya lagi dan tangan kananku segera kuletakkan tepat di atas buah dadanya yang terasa sangat kenyal dan sedikit kuremas. Karena tidak ada reaksi yang berlebihan serta War bukan saja mencium bibirku tapi seluruh wajahku, maka satu persatu kancing baju SMU-nya berhasil kulepas dan ketika kusingkap bajunya, tersembul dua bukit yang halus tertutup BH putih tipis dan ukurannya tidak terlalu besar.

 
Ketika kucoba membuka baju sekolahnya dari tangan kanannya, War kelihatannya tetap diam dan malah membantu dengan membengkokkan tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari tangan kanannya, segera kucari kaitan BH-nya di belakang dan dengan mudah kutemukan serta kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih tetap berciuman, kadang dibibir dan sesekali di seluruh wajah bergantian. BH-nya pun dengan mudah kulepas dari tangan kanannya dan ketika kusingkap BH-nya, tersembul buah dada War yang ukurannya tidak terlalu besar tapi menantang dan dengan puting susunya berwarna kecoklatan.

Dan dengan tidak sabar dan sambil meremas pelan payudara kanannya, kuturunkan wajahku menyelusuri leher dan terus ke bawah dan sesampainya di payudaranya, kujilati payudara War yang menantang itu dan sesekali kuhisap puting susunya, sementara War meremas-remas rambutku seraya terdengar suara lirih, "aahh..., aahh..., ooomm..., ssshh..., aahh". Aku paling tidak tahan kalau mendengar suara lirih seperti ini, serta merta penisku semakin tegang dan kugunakan kesempatan ini sambil tetap menjilati dan menghisap payudara War, kugunakan tangan kananku untuk menelusuri bagian bawah badan War
Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, "aahh..., ssshh..., ssshh..., aahh". Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.

Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.

Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, "ssshh..., aahh..., ssshht..., ooom..., aahh". Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.

Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata, "Jaa..., ngaan..., Ooom", sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya.

Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.

Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War. Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.

Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis, "Ssshh..., ssshh..., aahh..., ssshh", sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku.

Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, "ssshh..., ssshh..., ooom..., aahh..., ssshh", dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.

Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, "Aduuuhh..., ooomm..., Jangaannn..., sakiiittt..., Asiihh.., takuuut., Oom". Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan, "Tidak..., apa-apa..., sayaang..., Oom..., pelan-pelan saja..., kok", untuk menenangkan ketakutan War. War tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku.

Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku, "Aduuuhh..., sakiiittt..., ooom..., Asihh.., takuuut", padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan.

Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, "Takut apa sayang..". War tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.

Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti menahan sakit.

Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, "Bleeesss", terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan, "aahh..., sakiiit..., ooom
Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, "aahh..., ssshh..., ssshh..., aahh". Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.

Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.

 
Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, "ssshh..., aahh..., ssshht..., ooom..., aahh". Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.

Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata, "Jaa..., ngaan..., Ooom", sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya.

Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.

Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War. Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.

Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis, "Ssshh..., ssshh..., aahh..., ssshh", sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku.

Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, "ssshh..., ssshh..., ooom..., aahh..., ssshh", dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.

Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, "Aduuuhh..., ooomm..., Jangaannn..., sakiiittt..., Asiihh.., takuuut., Oom". Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan, "Tidak..., apa-apa..., sayaang..., Oom..., pelan-pelan saja..., kok", untuk menenangkan ketakutan War. War tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku.

Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku, "Aduuuhh..., sakiiittt..., ooom..., Asihh.., takuuut", padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan.

Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, "Takut apa sayang..". War tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.

Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti menahan sakit.

Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, "Bleeesss", terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan, "aahh..., sakiiit..., ooom….", kudengar suara War sambil seperti menahan rasa sakit dan berusaha menarik pantatku. Untuk sementara tidak kugerakkan pantatku dan setelah kulihat War mulai tenang dan kembali mau menciumi wajahku, lalu perlahan-lahan kutekan penisku yang sudah menembus vaginanya supaya masuk lebih dalam lagi
"aahh..., oom..., pelan..., pelaan..", kudengar War berkata lirih.
"Iyaa..., sayaang..., ooom pelah-pelan", jawabku serta kubelai rambutnya. Setelah kudiamkan sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik turun sangat pelan agar War tidak merasa kesakitan, dan ternyata berhasil, wajah War keperhatikan tidak tegang lagi sehingga pergerakan penisku keluar masuk vagina War sedikit kupercepat dan belum berapa lama terdengar suara War, "ooom..., ooom..., aaduuuhh..., ooomm..., aahh", sambil kedua tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi keseluruhan wajahku dengan sangat bernafsu dan badannya berkeringat, lalu War berteriak agak keras, "aahh..., ooomm..., aduuuhh..", lalu War terkapar dan terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Aku yakin kalau War sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan naik. Karena kulihat War sepertinya sedang kelelahan dengan kedua matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa kasihanku, lalu sambil kuseka keringat wajahnya kuciumi pipi dan bibirnya dengan lembut, tapi War tidak bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya bibirku yang sedang menciumnya seraya berkata lirih, "ooom..., nakal..., yaa, War baru sekali ini merasakan hal seperti tadi", sambil mencubit punggungku. Aku tidak menjawab komentarnya tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah mulai teratur dan secara perlahan-lahan aku mulai menggerakkan penisku lagi keluar masuk vagina War.

Kuperhatikan War mulai terangsang lagi, War mulai menghisap bibirku dan mulai mencoba menggerakkan pantatnya pelan-pelan dan gerakannya ini membuat penisku seperti di pelintir keenakan. Gerakan penisku keluar masuk semakin kupercepat dan demikian juga War mulai makin berani mempercepat gerakan putaran pantatnya, sambil sesekali kedua tangannya yang dipelukkan dipinggangku berusaha menekan sepertinya menyuruhku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya lebih dalam lagi dan kudengar War mulai bersuara lagi..., "aahh..., aahh..., ooohh..., oomm..., aah", dan tidak terasa akupun mulai berkicau, "aacchh..., aahh..., Siiihh..., enaakk..., teruuus..., Siiih". Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan kudengar juga nafas War semakin cepat, dengan perlahan-lahan kupeluk badan War dan segera kubalik badannya sehingga sekarang War sudah berada di atasku dan kupelukkan kedua tanganku di pantatnya, sedangkan wajah War ditempelkan di wajahku. Dengan sedikit makan tenaga, kucoba menggerakkan pantatku naik turun dan setiap kali pantatku naik, kugunakan kedua tanganku menekan pantat War ke bawah dan bisa kurasakan kalau penisku masuk lebih dalam di vagina War, sehingga setiap kali kudengar suaranya sedikit keras, "aahh..., oooh". Dan mungkin karena keenakan, sekarang gerakan War malah lebih berani dengan menggerakkan pantatnya naik turun sehingga kedua tanganku tidak perlu menekannya lagi dan setiap kali pantatnya menekan ke bawah sehingga penisku serasa masuk semuanya di vagina War, kudengar dia bersuara keenakan, "Aahh..., aah disertai nafasnya yang semakin cepat, demikian juga aku sambil berusaha menahan agar maniku tidak segera keluar.

Gerakan War semakin cepat saja dan kurasakan wajahnya semakin ditekankan ke wajahku sehingga kudengar nafasnya yang sangat cepat itu di dekat telingaku dan, "Aduuuh..., aahh..., aahh..., ooomm.., War..., mauuu.., keluaar..., aah".
"Tungguuu..., Waarrr.., kitaa..., samaa..., samaa., ooom.., Jugaa.., mauuu..., keluarr".
"aahh..., aahh..., ooomm", teriak War sambil mengerakkan pantatnya menggila dan akupun karena sudah tidak tahan menahan maniku dari tadi segera kegerakkan pantatku lebih cepat dan, "Crreeettt..., ccrreeett..., ccccrrreeett..., dan "aahh..., siiihh..., ooom keluaar", sambil kutekan pantat War kuat-kuat.

Setelah beristirahat sebentar, kuajak War ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan War kembali menjatuhkan badannya di tempat tidur, mungkin masih merasakan kelelahan. Tak terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 12 siang dan segera saja kupesan makan siang

Senin, 13 Mei 2013

Aku Dan Pacar Kakakku


Siang itu aku sendirian cerita dewasa terbaru. Papa, Mama dan Mbak Sari mendadak ke Jakarta karena nenek sakit. Aku nggak bisa ikut karena ada kegiatan sekolah yang nggak bisa aku tinggalin. Daripada bengong sendirian aku iseng bersih-bersih rumah. Pas aku lagi bersihin kamar Mbak Sari aku nemu sekeping vCD. Ketika aku merhatiin sampulnya.. astaga!! ternyata gambarnya sepasang bule yang sedang berhubungan sex jual film dewasa. Badanku gemetar, jantungku berdegup kencang. Pikiranku menerawang saat kira-kira 1 bulan yang lalu aku tanpa sengaja mengintip Mbak Sari dengan pacarnya berbuat seperti yang ada di sampul vCD tsb. Sejak itu aku sering bermasturbasi membayangkan sedang bersetubuh.
Tadinya aku bermaksud mengembalikan vCD tersebut ke tempatnya, tapi aah.. mumpung sendirian aku memutuskan untuk menonton blur tersebut. Jujur aja aku baru sekali ini nonton dejected film.

Begitu aku nyalain di layar TV terpampang sepasang bule yang sedang saling mencumbu. Pertama mereka saling berciuman, kemudian satu persatu pakaian yang melekat mereka lepas. Si cowok mulai menciumi leher ceweknya, kemudian turun ke payudara. Si cewek tampak menggeliat menahan nafsu yang membara. Sesaat kemudian si cowok mejilati vaginanya terutama di bagian klitorisnya. Si cewek merintih-rintih keenakan. Selanjutnya gantian si cewek yang mengulum penis si cowok yang sudah ereksi. Setelah beberapa saat sepertinya mereka tak tahan lagi, lalu si cowok memasukkan penisnya ke vagina cewek bule tadi dan langsung disodok-sodokin dengan gencar. Sejurus kemudian mereka berdua orgasme. Si cowok langsung mencabut rudalnya dari vagina kemudian mengocoknya di depan wajah ceweknya sampai keluar spermanya yang banyak banget, si cewek tampak menyambutnya dengan penuh gairah.

Aku sendiri selama menonton tanpa sadar bajuku sudah nggak karuan toket gede ( toge). Kaos aku angkat sampai diatas tetek, kemudian braku yang kebetulan pengaitnya di depan aku lepas. Kuelus-elus sendiri tetekku sambil sesekali kuremas, uhh.. enak banget. Apalagi kalo kena putingnya woww!!
Celana pendekku aku pelorotin sampe dengkul, lalu tanganku masuk ke balik celana dalam dan langsung menggosok-gosok klitorisku. Sensasinya luar biasa!!
Makin absolutist aku semakin gencar melakukan masturbasi, rintihanku semakin keras. Tanganku semakin cepat menggosok klitoris sementara yang satunya sibuk emremas-remas toketku sendiri. 

Dan,“Oohh.. oohh..”
Aku mencapai orgasme yang luar biasa. Aku tergeletak lemas di karpet.
Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Tentu saja aku gelagapan benerin pakaianku yang terbuka disana-sini. Abis itu aku matiin vCD amateur tanpa ngeluarin discnya.
“Gawat!” pikirku.
“Siapa ya? Jangan-jangan pa-ma! Ngapain mereka balik lagi?”.
Buru-buru aku buka pintu, ternyata di depan pintu berdiri seorang cowok keren. Rupanya Mas Andi pacar Mbak Sari dari Bandung.
“Halo Ulfa sayang, Mbak Sarinya ada?”
“Wah baru tadi pagi ke Jakarta. Emang nggak telpon Mas Andi dulu?”
“Waduh nggak tuh. Gimana nih mo ngasi abruptness malah kaget sendiri.”
“Telpon aja HP-nya Mas, kali aja mau balik” usulku sekenanya.

 
Padahal aku berharap sebaliknya, soalnya terus terang aku diem-diem aku juga naksir Mas Andi. Mas Andi menyetujui usulku. Ternyata Mbak Sari cuman ngomong supaya nginep dulu, besok baru balik ke Bandung, sekalian ketemu disana. Hura! Hatiku bersorak, berarti ada kesempatan nih.
Aku mempersilakan Mas Andi mandi. Setelah mandi kami makan malam bareng. Aku perhatiin tampang dan bodi Mas Andi yang keren, kubayangkan Mas Andi sedang telanjang sambil memperlihatkan “tongkat kastinya”. Nggak sulit untuk ngebayangin karena aku kan pernah ngintip Mas Andi ama Mbak Sari lagi ml. Rasanya aku pengen banget ngerasain penis masuk ke vaginaku, abis keliatannya enak banget tuh.

“Ada apa Ulfa, Kok ngelamun, mikirin pacar ya?” tanyanya tiba-tiba.
“Ah, enggak Mas, Ulfa bobo dulu ya ngantuk nih!” ujarku salting.
“Mas Andi nonton TV aja nggak ancestor kan?”
“Nggak ancestor kok, kalo ngantuk tidur aja duluan!”
Aku beranjak masuk kamar. Setelah menutup kintu kamar aku bercermin. Bajuku juga kulepas semua. Wajahku cantik manis, kulitku sawo matang tapi bersih dan mulus. Tinggi 165 cm. Badanku sintal dan kencang karena aku rajin senam dan berenang, apalagi ditunjang toketku yang 36B membuatku tampak sexy. Jembutku tumbuh lebat menghiasi vaginaku yang indah. Aku tersenyum sendiri kemudian memakai kaos yang longgar dan tipis sehingga meninjolkan kedua puting susuku, bahkan jembutku tampak menerawang. Aku merebahkan diriku di atas kasur dan mencoba memejamkan mata, tapi entah kenapa aku susah sekali tidur. Sampai kemudian aku mendengar suara rintihan dari ruang tengah. Aneh! Suara siapa malam-malam begini? Astaga! Aku baru inget, itu pasti suara dari vCD porno yang lupa aku keluarin tadi, apa Mas Andi menyetelnya? Penasaran, akupun bangkit kemudian perlahan-lahan keluar.

Sesampainya di ruang tengah, deg!! Aku melihat pemandangan yang mendebarkan, Mas Andi di depan TV sedang menonton bokep sambil ngeluarin penisnya dan mengelusnya sendiri. Wah.. batangnya tampak kekar banget.
Aku berpura-pura batuk kemudian dengan tampang seolah-olah mengantuk aku mendekati Mas Andi. Mas Andi tampak kaget mendengar batukku lalu cepat-cepat memasukkan penisnya ke dalam kolornya lagi, tapi kolornya nggak bisa menyembunyikan tonjolan tongkatnya itu.
“Eh, Ulfa anu, eh belum tidur ya?”
Mas Andi tampak salting, kemudian dia hendak mematikan vCD player.”
Iya nih Mas, gerah eh nggak usah dimatiin, nonton berdua aja yuk!” ujarku sambil menggeliat sehingga menonjolkan pepaya bangkokku.

 
“Oh iya deh.”
Kamipun lalu duduk di karpet sambil menonton. Aku mengambil posisi bersila sehingga bawukku mengintip keluar dengan indahnya.
“Mas, gimana sih rasanya bersetubuh?” tanyaku tiba-tiba.
“Eh kok tau-tau nanya gitu sih?”
Mas Andi agak kaget mendengar pertanyaanku, soalnya saat itu matanya asyik mencuri pandang ke arah selakanganku. Aku semakin memanaskan aksiku, sengaja kakiku kubuka lebih lebar sehingga vaginaku semakin terlihat jelas.
“Alaa nggak usah gitu! Aku kan pernah ngintip Mas sama Mbak Sari lagi gituan.. nggak ancestor kok, rahasia terjaga!”
“Oya? He he he yaa.. enak sih.”
Mas Andi tersipu mendengar ledekanku.
Akupun melanjutkan, “Mas, vaginaku sama punya Mbak Sari lebih indah mana?” tanyaku sambil mengangkat kaosku dan mengangkangkan kakiku lebar-lebar so bawukkupun terpampang jelas.
“Ehh glek bagusan punyamu.”
“Terus kalo toketnya montokan mana?” kali ini aku mencopot kaosku sehingga payudara dan tubuhku yang montok itu telanjang tanpa sehelai benang yang menutupi.
“Aaanu.. lebih montok dan kencengan tetekmu!”
Mas Andi tampak melotot menyaksikan bodiku yang sexy. Hal itu malah membuat aku semakin terangsang.

“Sekarang giliran aku liat punya Mas Andi!”
Karena sudah sangat bernafsu aku menerkam Mas Andi. Kucopoti seluruh pakaiannya sehingga dia bugil. Aku terpesona melihat tubuh bugil Mas Andi dari dekat. Badannya agak langsing tapi sexy. penisnya sudah mengacung tegar membuat jantungku berdebar cepat. Entah kenapa, kalo dulu ngebayangin bentuk burung cowok aja rasanya jijik tapi ternyata sekarang malah membuat darahku berdesir.“Wah gede banget! Aku isep ya Mas!”
Tanpa menunggu persetujuannya aku langsung mengocok, menjilat dan mengulum batang kemaluannya yang gede dan panjang itu seperti yang aku tonton di BF.
“Slurp Absorb Slurpmmh! Absorb Slurp Absorb mmh.”
Ternyata nikmat sekali mengisap penis. Aku jepit penisnya dengan kedua susuku kemudian aku gosok-gosokin, hmm nikmat banget! Mas Andi akhirnya tak kuat menahan nafsu. Didorongnya tubuh sintalku hingga terlentang lalu diterkamnya aku dengan ciuman-ciuman ganasnya. Tangannya tidak tinggal diam ikut bekerja meremas-remas kelapa gadingku.

“Ahh mmh.. yesh uuh.. enak mas”
Aku benar-benar merasakan sensasi luar biasa. Sesaat kemudian mulutnya menjilati kedua putingku sambil sesekali diisap dengan kuat.
“Auwh geli nikmat aah ouw!”
Aku menggelinjang kegelian tapi tanganku justru menekan-nekan kepalanya agar lebih kuat lagi mengisap pentilku. Sejurus kemudian lidahnya turun ke vaginaku. Tangannya menyibakkan jembutku yang rimbun itu lalu membuka vaginaku lebar-lebar sehingga klitorisku menonjol keluar kemudian dijilatinya dengan rakus sambil sesekali menggigit kecil atau dihisap dengan kuat.
“Yesh.. uuhh.. enak mas.. terus!” jeritku.
“Slurp Slurp, vaginamu gurih banget Ulfa mmh”.
Mas Andi terus menjilati vaginaku sampai akhirnya aku nggak tahan lagi.

“Mas.. ayo.. masukin penismu.. aku nggak tahan..”
Mas Andi lalu mengambil posisi 1/2 duduk, diacungkannya penisnya dengan gagah ke arah lubang vaginaku. Aku mengangkangkan kakiku lebar-lebar siap menerima serangan rudalnya. Pelan-pelan dimasukkannya batang rudal itu ke dalam vaginaku.
“Aauw sakit Mas pelan-pelan akh..”
Walaupun sudah basah, tapi vaginaku masih sangat sempit karena aku masih perawan.
“Au.. sakit”
Mas Andi tampak merem menahan nikmat, tentu saja dibandingkan Mbak Sari tempikku jauh lebih menggigit. Lalu dengan satu sentakan kuat sang rudal berhasil menancapkan diri di lubang kenikmatanku sampai menyentuh dasarnya.
“Au.. sakit..”
Aku melonjakkan pantatku karena kesakitan. Kurasakan darah hangat mengalir di pahaku, persetan! Sudah kepalang tanggung, aku ingin ngerasain nikmatnya bercinta. Sesaat kemudian Mas Andi memompa pantatnya maju mundur cerita dewasa.

“Jrebb! Jrebb! Jrubb! Crubb!”
“Aakh! Aakh! Auw!”
Aku menjerit-jerit kesakitan, tapi lama-lama rasa perih itu berubah menjadi nikmat yang luar biasa. vaginaku serasa dibongkar oleh tongkat kasti yang kekar itu.
“Ooh.. lebih keras, lebih cepat”
Jerit kesakitanku berubah menjadi jerit kenikmatan. Keringat kami bercucuran menambah semangat gelora birahi kami.
Tapi Mas Andi malah mencabut penisnya dan tersenyum padaku. Aku jadi nggak sabar lalu bangkit dan mendorongnya hingga telentang. Kakiku kukangkangkan tepat di atas penisnya, dengan birahi yang memuncak kutancapkan batang arms itu ke dalam bawukku,
“Jrebb.. Ooh..” aku menjerit keenakan, lalu dengan semangat 45 aku menaik turunkan pantatku sambil sesekali aku goyangkan pinggulku.

“Ouwh.. enak banget tempikmu nggigit banget sayang.. penisku serasa diperas”
“Uggh.. yes.. uuh.. auwww.. penismu juga hebaat, bawukku serasa dibor”
Aku menghujamkan pantatku berkali-kali dengan irama sangat cepat. Aku merasa semakin melayang. Bagaikan kesetanan aku menjerit-jerit seperti kesurupan. Akhirnya setelah setengah jam kami bergumul, aku merasa seluruh sel tubuhku berkumpul menjadi satu dan dan
“Aah mau orgasme Mas..”
Aku memeluk erat-erat tubuh atletisnya sampai Mas Andi merasa sesak karena desakan susuku yang montok itu.
“Kamu sudah sayang? OK sekarang giliran aku!”
Aku mencabut vaginaku lalu Mas Andi duduk di daybed sambil mememerkan ‘tiang listriknya’. Aku bersimpuh dihadapannya dengan lututku sebagai tumpuan. Kuraih penis besar itu, kukocok dengan lembut. Kujilati dengan sangat telaten. Makin absolutist makin cepat sambil sesekali aku isap dengan kuat.

 
“Crupp.. slurp.. mmh..”
“Oh yes.. kocok yang kuat sayang!”
Mas Andi mengerang-erang keenakan, tangannya meremas-remas rambutku dan kedua bola bassinet yang menggantung di dadaku. Aku semakin bernafsu mengulum. Menjilati dan mengocok penisnya.
“Crupp crupp slurp!”
“Ooh yes.. terus sayang yes.. aku hampir keluar sayang!”
Aku semakin bersemangat ngerjain penis big admeasurement itu. Makin absolutist makin cepat cepat Cepat, lalu lalu
“Croot.. croot..”
Penisnya menyemburkan sperma banyak sekali sehingga membasahi rambut wajah, tetek dan hampir seluruh tubuhku. Aku usap dan aku jilati semua maninya sampai licin tak tersisa, lalu aku isap penisnya dengan kuat supaya sisa maninya dapat kurasakan dan kutelan.
Akhirnya kami berdua tergeletak lemas diatas karpet dengan tubuh bugil bersimbah keringat. Malam itu kami mengulanginya hingga 4 kali dan kemudian tidur berpelukan dengan tubuh telanjang. Sungguh pengalaman yang sangat mengesankan.